Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pak Jokowi, Beker Sudah Berbunyi Nyaring...

Kompas.com - 30/10/2014, 21:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Contoh lain, sebut Hendri, adalah anggaran penanganan gizi anak senilai Rp 5 triliun. Selama ini, papar dia, tak ada yang membahas dana itu dipakai untuk membeli makanan tambahan produk lokal atau dari impor. "Kalau saja tambahan gizi itu didapat dari nugget ayam atau tempe produk lokal, multiplier effect-nya akan nyata. Ada captive market yang menggerakkan ekonomi kelompok masyarakat senilai Rp 5 triliun."

Terakhir, kata Hendri, upaya-upaya semacam contoh di atas dipadu-padan dengan blusukan ala Jokowi, tetap butuh penegakan hukuman dan terapi kejut. "Begitu ada anggaran bocor dan ketahuan, jatuhi sanksi seberat-beratnya dengan delik korupsi."

Hendri berkeyakinan, ruang fiskal yang oleh banyak kalangan disebut sempit bagi Jokowi untuk mengembangkan program produktif, masih bisa ditata ulang. "Biaya dinas bisa dipangkas dan daftar belanja bisa disisir ulang. Tak semua juga harus beli, toh ada jasa sewa," ujar dia.

Kembali kepada Trisakti, ujar Hendri, putusan The Fed ini adalah satu lagi momentum ujian bagi Jokowi terkait kemauannya menjalankan, pemahamannya, dan kemampuan dia menularkan prinsip Trisakti itu untuk dijalankan para menteri dan aparaturnya. Ini sekaligus menguji keefektifan arahan Jokowi dalam sidang perdana kabinet, "Tak ada lagi visi-misi menteri, yang ada visi-misi Presiden."

Ada jeda waktu sebelum dampak putusan The Fed memberi dampak nyata bagi perekonomian nyata. Masih ada pula waktu sebelum The Fed merasa sekaranglah waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga acuannya. Butuh waktu juga imbas kebijakan suku bunga tersebut pada saatnya merembet sampai Indonesia. "Pasti ada dampak dari keputusan The Fed ini, tapi ada 'jeda' waktu. (Jeda) itu kesempatannya," kata Hendri.

Beker sudah berbunyi nyaring, Pak Jokowi... Saatnya kerja, kerja, kerja!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com