Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Apakah Rusal yang Disebut Faisal Basri?

Kompas.com - 27/05/2015, 06:07 WIB

Proses pembangunan smelter ini perlu waktu lebih dari tiga tahun dengan anggaran 1,5 miliar dollar AS sampai 1,8 miliar dollar AS.

Saat itu, Deripaska mengatakan, pihaknya sedang menjajaki mitra lokal yang bertugas memasok kebutuhan bauksit sebagai bahan baku.

Sebenarnya, tahun 2013 itu, bukan kali pertama Rusal mengumbar janji berinvestasi di Indonesia. Pada September 2007, perusahaan itu sudah meneken heads of agreement dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk pengembangan deposit bauksit. Mereka sepakat menggelar studi kelayakan pada 2008, tetapi semua rencana itu macet.

Kemudian, pada September 2012, melalui Menteri Perindustrian MS Hidayat, UC Rusal juga mengungkapkan rencana investasi di Indonesia. Saat itu, MS Hidayat mengatakan bahwa perusahaan berbasis di Rusia itu akan masuk ke Indonesia dan membangun smelter bauksit. Untuk memuluskan rencana itu, Rusal bakal menggandeng perusahaan tambang di dalam negeri. MS Hidayat mengungkapkan, Rusal berencana menanamkan investasi sebesar 1,5 miliar dollar AS untuk mengolah bauksit menjadi alumina.

Kemudian, pada Juni 2013 lalu, petinggi Rusal datang dan menegaskan minatnya untuk membangun smelter bauksit di Kalimantan Barat.

Pada 19 November 2013, Oleg Deripaska, Chief Executive Officer (CEO) En+ Group dan United Company (UC) Rusal, menyambangi kantor Hatta Rajasa yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian.

Selain mengutarakan minat berinvestasi, CEO Rusal itu juga menanyakan kepastian Undang-Undang Minerba Tahun 2009 yang melarang ekspor bahan mentah. Rusal sendiri berniat menanamkan investasi senilai 6 miliar dollar AS untuk membangun smelter bauksit ke alumina, dan dari alumina menjadi aluminium.

Seusai pertemuan dengan CEO Rusal itu, Hatta mengatakan bahwa Rusal akan mengucurkan investasi pembangunan smelter bauksit dalam dua tahap. Tahap pertama senilai 3 miliar dollar AS dan tahap kedua sebesar 3 miliar dollar AS. "Kerja sama ini berpotensi berkembang ke industri hilirnya, aluminium foil fan, dan berbagai turunan lain," katanya seusai pertemuan.

Pembangunan smelter berlokasi di Kalimantan dengan menggandeng PT Aneka Tabang Tbk (Antam). Hatta yakin kerja sama ini akan menguntungkan Indonesia karena selama ini Indonesia sangat tergantung dari China dalam pengolahan bauksit.

Hatta berharap smelter Rusal nantinya bisa menyuplai bahan baku PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang akan diambil alih Pemerintah Indonesia.

Pada 25 Februari 2014, Oleg Deripaska kembali bertemu dengan pejabat Pemerintah Indonesia. Setelah dengan Hatta, kali ini CEO Rusal itu bertemu dengan Menteri Perindustrian MS Hidayat.

Dalam catatan, saat itu, MS Hidayat setelah bertemu dengan petinggi Rusal itu mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut meminta waktu tiga bulan untuk memastikan rencana mereka untuk membangun smelter aluminium di Indonesia.

"Setelah memastikan pasokan, baru dia akan pastikan investasinya," kata Hidayat.

Waktu itu, menurut Hidayat, Rusal sudah memegang daftar perusahaan tambang yang memiliki IUP bauksit. "Saya sarankan nanti dia menggandeng pemegang IUP biar pasokan bauksitnya lebih terjamin," lanjutnya.

Pada hari yang sama, Rusal juga meneken kesepakatan (MoU) dengan PT Arbaya Energi (Satmarindo Group) untuk eksplorasi dan pertambangan bauksit. MoU ini juga akan memproduksi alumina di Kalimantan Barat. Sebelumnya, Rusal juga sudah melakukan MoU dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk mengolah Iron Ore.

Setelah itu, tidak jelas lagi kabar realisasi investasi Rusal ini di Indonesia. (Petrus Dabu)

Baca juga: Faisal Basri Tuding Hatta Rajasa Biang Keladi Kekacauan Industri Bauksit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com