Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Inco Harper
Dosen Universitas Multimedia Nusantara

Dosen & Koordinator Konsentrasi Public Relations Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Pernah menjadi praktisi periklanan. Pencinta audiophile dan film-film hi-definition.

Gula-gula Profesi Komunikasi

Kompas.com - 15/06/2016, 20:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

(2) tidak semua Sarjana Ilmu Komunikasi dapat masuk dalam industri komunikasi karena kalah bersaing dengan lulusan non-komunikasi.

Sarjana Ilmu Komunikasi, mau kemana?

Dalam pengamatan saya, kondisi yang ada saat ini adalah kemungkinan kedua. Industri komunikasi memang tumbuh subur pascareformasi, namun lulusan yang begitu banyak setiap tahunnya juga mengakibatkan over-supply Sarjana Ilmu Komunikasi.

Lalu bagaimana agar Sarjana Ilmu Komunikasi dapat bersaing dengan lulusan non-komunikasi? Sebagai seorang akademisi yang pernah menjadi praktisi saya akan melihatnya dari dua sisi: akademis dan praktis.

Secara akademis, seorang Sarjana Ilmu Komunikasi harus disiapkan secara lebih spesifik dan spesialis sejak saat di bangku kuliah. Alih-alih menjadi seorang Sarjana Ilmu Komunikasi yang generalis, maka seorang Sarjana Ilmu Komunikasi harus disiapkan menjadi seorang spesialis dan harus telah “dimatangkan” semenjak bangku kuliah.

Sebagai contoh, seorang mahasiswa jurnalistik tidak cukup hanya diarahkan menurut medianya saja, seperti menjadi wartawan media cetak atau media elektronik, namun juga harus disiapkan menjadi wartawan desk-desk tertentu yang diminatinya pada semester-semester akhir.

Mahasiswa periklanan juga dapat diarahkan secara spesifik sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Secara khusus dibuatkan peminatan Account Handling, Art Directing, Copywriting, Media Planning ataupun Strategic Planning.

Spesialisasi tersebut dapat dimulai pada semester 5 dan secara khusus dapat diajar oleh para praktisi yang mumpuni pada spesialisasi tersebut. Yang harus menjadi landasan bahasanya adalah School of Communication, bukan School of Art atau School of Business seperti yang pernah saya tuliskan pada tautan ini.

Dari perspektif praktisi, saya akan berfikir lebih pragmatis. Saya tidak akan melihat seorang pekerja berasal dari jurusan mana selama mereka mampu.

Nah, kemampuan ini mungkin tidak menjadi masalah bagi mereka yang telah memiliki pengalaman dan jam terbang di industri. Namun bagaimana dengan fresh graduate yang belum memiliki portfolio?

Pada bagian inilah negara dapat menjembatani dengan sebuah Sertifikat Profesi. Saat ini negara telah memiliki Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang menjamin kompetensi dalam berbagai jenis profesi.

Seperti dikutip dari situs BNSP bahwa “Sertifikasi kompetensi kerja adalah merupakan suatu pengakuan terhadap tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja sesuai dengan standar kompetensi kerja yang telah dipersyaratkan, dengan demikian sertifikasi kompetensi memastikan bahwa tenaga kerja (pemegang sertifikat) tersebut terjamin akan kredibilitasnya dalam melakukan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.”

Jadi nantinya, industri komunikasi dapat diisi oleh siapapun – baik lulusan ilmu komunikasi ataupun non-komunikasi selama yang bersangkutan memiliki Sertifikat Profesi.

Yang menjadi tugas bersama adalah bagaimana kemudian industri, dengan segala kesibukannya, mampu berperan serta membuat sebuah Lembaga Sertifikat Profesi (LSP) yang dikelola oleh asosiasi industri. Jangan sampai LSP nantinya hanya menjadi mesin pencari uang pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Sebab bagaimanapun sebuah industri pasti akan melakukan regenerasi, dan hal tersebut tidak akan berjalan dengan mulus jika SDM tidak dipersiapkan dengan sistem yang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com