Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Tambang Global dan Nasional Ada di Ujung Tanduk?

Kompas.com - 15/12/2016, 12:44 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

Seperti dirilis di situs web antam.com, Senin(31/10/2016), salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini bahkan sudah mencatatkan laba bersih Rp 38,3 milliar per kuartal III/2016. Padahal, pada periode yang sama pada 2015, perusahaan ini rugi Rp 1,04 triliun.

Usut punya usut, perusahaan ini menggeber sejumlah strategi yang berbuah catatan kinerja positif tersebut. Manajemen bahan bakar, ada di antaranya.

“Saat ini kami menggunakan sistem Vendor Held Stock Marine Fuel Oil (MFO). Dengan begitu, kami isi tangki penuh dulu, nanti dibayar sesuai dengan pemakaian Antam, sehingga efisien, “ ungkap Direktur Keuangan Antam, Dimas Wikan Pramudhito, saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (7/11/2016).

Meski terdengar sederhana, lanjut Dimas, metode pembelian seperti itu dapat memperpanjang napas Antam untuk menjalankan bisnis. Proses produksi dapat berjalan tanpa mengeluarkan uang terlebih dahulu. 

Dalam mengolah mineral mentah, ungkap Dimas, Antam lebih banyak menggunakan MFO sebagai bahan bakar, karena harganya relatif lebih murah dibandingkan solar industri.

Selain itu, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara berkapasitas 2x30 Megawaat (MW) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, diperkirakan mampu menurunkan biaya produksi feronikel Antam.

Selain efisiensi, inovasi terus pula digenjot Antam. Misalnya, sebut Dimas, Antam mengubah tujuan utama ekspor feronikel—bahan dasar stainless steel—dari semula ke Eropa dan Amerika menjadi fokus ke China.

“Kalau kami kirim ke Eropa, contohnya Jerman, kami baru bisa menerima uang setelah 90 hari pengiriman. Namun, kalau ekspor ke China dalam waktu 30 hari sudah menghasilkan uang,“ ujar Dimas.

Dengan begitu, tambah Dimas, perputaran uang Antam jadi lebih cepat. Biaya ekspedisi pun bisa berkurang sehingga dapat menghemat pengeluaran perusahaan, karena China lebih dekat dengan Indonesia daripada Eropa dan Amerika.

Profit Antam ditopang pula oleh kecenderungan naiknya harga emas dunia.

“Dari Januari sampai September 2016, nilai emas sudah naik 25 persen. Kalau awal tahun ada di angka berkisar 1.000 dollar AS per troy ounce (setara sekitar 31,1 gram), sampai akhir September kemarin sudah menyentuh 1.300 dollar As per troy ounce,“ ujar Dimas.

KONTAN/MURADI Ilustrasi: Logam Mulia

Meski demikian, lanjut Dimas, inovasi juga terus perusahaannya kembangkan untuk produk emas. Kalau dahulu Antam hanya menjual emas batangan dengan desain standar yang cenderung polos, kini sudah ada emas batangan bermotif batik dan perhiasan.

“Dengan desain menarik dikombinasikan elemen-elemen lain seperti batu permata, orang akan memilih membayar ekstra untuk mendapatkannya,” kata Dimas.

Peluang pun tak lalu serta-merta hilang meski berada di situasi sulit, bukan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com