Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yakin Bisnis Anda Sudah "Sehat"? Coba Dicek Ulang...

Kompas.com - 30/01/2017, 16:17 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com – Sama seperti tubuh manusia, perusahaan yang sehat bisa bekerja produktif sehingga mampu menghasilkan lebih banyak profit. Perusahaan sehat tak akan termakan perkembangan zaman maupun kompetisi bisnis yang kian garang.

Lalu, seperti apa ciri perusahaan sehat itu? Ada tiga hal mendasar yang jadi indikator kesehatan sebuah perusahaan, yaitu sumber daya manusia (SDM), kepedulian terhadap lingkungan, dan profit.

Kualitas SDM sangat ditentukan oleh budaya kerja yang diusung perusahaan. Lingkungan kerja yang sehat dan sejahtera dengan sendirinya akan meningkatkan motivasi kerja karyawan.

Pengarang buku Gladiator's Guide to Corporate Health and Wealth, Roger Sahoury, mengatakan program kesehatan dan kesejahteraan kerja yang baik ampuh meningkatkan kinerja para pekerja.

Sebanyak 55 persen karyawan, menurut Sahoury, menggunakan program tersebut sebagai alat meningkatkan kesejahteraan pribadi secara keseluruhan atau kerap disebut overall well-being.

"Nyatanya, hal tersebut bisa menghemat dana kesehatan (perusahaan) hingga 250 juta dollar AS dan mengurangi gangguan tekanan darah tinggi karyawan sampai 50 persen," tutur Sahoury dikutip Forbes, Rabu (13/5/2015).

Lebih dari itu, lanjutnya, kesehatan dan kesejahteraan sebuah organisasi sebaiknya dievaluasi dan dijalankan lewat pendekatan holistik atau menyeluruh.

THINKSTOCKPHOTOS Kesejahteraan karyawan juga patut dipertimbangkan karena berhubungan langsung dengan kinerja perusahaan.

Dengan begitu, perusahaan dapat menekan masalah-masalah teknis dan struktural. Di sisi lain, budaya kerja juga keuntungan terus meningkat.

"Saat tim (karyawan) mengerti bahwa perusahaan sangat peduli terhadap tiap individu, mereka akan bekerja lebih keras, lebih berdedikasi, dan mampu bekerja sama sebagai sebuah unit dengan baik," kata Sahoury.

Peduli

Profit tentu menjadi isu utama agar perusahaan bisa bertahan. Namun, perusahaan yang mampu bertahan lama kini wajib punya kepedulian terhadap lingkungan dan konsumen.

Dua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain dan menjadi faktor penting dalam mengais keuntungan. Sumber daya alam kian menipis dan suatu saat akan habis.

Perusahaan mau tak mau harus berinvestasi mengembangkan sumber daya baru yang efisien dan lebih ramah lingkungan. Ada dua hal mesti dipertimbangkan untuk pengembangan itu. Pertama, perusahaan mulai menggunakan peralatan pendukung usaha yang ramah lingkungan.

Kedua, perusahaan perlu berinvestasi terhadap penelitian yang bisa mengembangkan teknologi ramah lingkungan baru, baik untuk mendukung proses produksi maupun kebutuhan operasional kantor.

Tak hanya menjaga kelangsungan bisnis, reputasi sebagai "kantor hijau" juga bisa meningkatkan profit. Penelitian Nielsen pada 2014 mendapati, penjelasan produk "ramah lingkungan" pada kemasan bisa meningkatkan penjualan rata-rata dua persen per tahun.

THINKSTOCKPHOTOS Perusahaan yang baik juga harus mempertimbangkan keberlangsungan lingkungan.

Selain itu, perusahaan sehat juga sangat peduli terhadap kualitas peralatan kantor yang digunakan. Awalnya, membeli peralatan non-original yang lebih murah tampak ampuh menekan ongkos produksi dan pengeluaran kantor.

Namun, kualitas produk palsu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Penggunaannya sering mendatangkan masalah baru yang malah menambah beban biaya. Sebaliknya, produk original memiliki tingkat depresiasi lebih rendah dan awet.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Tarik Tunai dengan QRIS

Cara Tarik Tunai dengan QRIS

Work Smart
Bantu Organisasi Makin Efisien di Era Digital, Platform Digital SoFund Kembangkan Fitur Andal

Bantu Organisasi Makin Efisien di Era Digital, Platform Digital SoFund Kembangkan Fitur Andal

Whats New
Bank Jago Angkat Supranoto Prajogo jadi Direktur

Bank Jago Angkat Supranoto Prajogo jadi Direktur

Whats New
Citi Indonesia 'Ramal' The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan hingga Satu Persen Sepanjang 2024

Citi Indonesia "Ramal" The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan hingga Satu Persen Sepanjang 2024

Whats New
Gandeng UGM, Kementan Berikan Bantuan Benih Padi Varietas Gamagora 7 di Sisipan Lahan Perkebunan

Gandeng UGM, Kementan Berikan Bantuan Benih Padi Varietas Gamagora 7 di Sisipan Lahan Perkebunan

Whats New
Tips Hindari Pembobolan Rekening lewat Nomor HP yang Sudah Hangus

Tips Hindari Pembobolan Rekening lewat Nomor HP yang Sudah Hangus

Whats New
Bersama Kementerian BUMN, Bank Mandiri Gelar Program Mandiri Sahabat Desa di Morowali

Bersama Kementerian BUMN, Bank Mandiri Gelar Program Mandiri Sahabat Desa di Morowali

Whats New
Sambangi Paris, Erick Thohir Bertemu Presiden Perancis dan Presiden FIFA

Sambangi Paris, Erick Thohir Bertemu Presiden Perancis dan Presiden FIFA

Whats New
Buka Kantor Baru, Sucofindo Sasar Pasar Perusahaan Tambang di Sulteng

Buka Kantor Baru, Sucofindo Sasar Pasar Perusahaan Tambang di Sulteng

Whats New
Anak Usaha Pertamina Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Usia 35 Tahun Bisa Daftar

Anak Usaha Pertamina Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Usia 35 Tahun Bisa Daftar

Work Smart
Garuda Indonesia Angkat Mantan KSAU Fadjar Prasetyo Jadi Komisaris Utama

Garuda Indonesia Angkat Mantan KSAU Fadjar Prasetyo Jadi Komisaris Utama

Whats New
Bertemu Dubes Persatuan Emirat Arab, Menaker Ida Bahas Tindak Lanjut Kerja Sama Penempatan PMI

Bertemu Dubes Persatuan Emirat Arab, Menaker Ida Bahas Tindak Lanjut Kerja Sama Penempatan PMI

Whats New
Temui Dubes Libya, Menaker Ida Harap Inisiasi Kerja Sama Ketenagakerjaan Indonesia-Libya Segera Terwujud

Temui Dubes Libya, Menaker Ida Harap Inisiasi Kerja Sama Ketenagakerjaan Indonesia-Libya Segera Terwujud

Whats New
Contoh Surat Jual Beli Tanah Bermeterai

Contoh Surat Jual Beli Tanah Bermeterai

Whats New
Apa Itu Agen: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Bedanya dengan Distributor

Apa Itu Agen: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Bedanya dengan Distributor

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com