Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Indonesia Darurat Piknik

Kompas.com - 21/04/2017, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Angka ini mengalahkan kawasan lain yang masuk kategori emerging markets seperti di Middle East dan Amerika Latin. Di sisi lain, pertumbuhan industri ini di negara-negara maju mengalami stagnasi.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah menyadari potensi pasar dari industri leisure ini. Pada tahun lalu, pemerintah melonggarkan ketentuan investasi di sektor pariwisata melalui Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif Investasi (DNI 2016).

Dalam peraturan tersebut, pemerintah mengizinkan investor asing memiliki saham dengan porsi yang lebih besar yakni antara 67-100 persen di industri pariwisata.

Dengan pelonggaran ini, diharapkan bisa mendorong lebih banyak investasi di sektor hiburan dan wisata, serta membantu mendorong bergulirnya roda ekonomi.

Harapan Kelas Menengah

Jika dicermati, saat ini rasio jumlah tempat wisata dibandingkan dengan jumlah penduduk masih kurang memadai, apabila menilik padatnya pengunjung pada waktu liburan.

Alih-alih menjadi lebih santai dengan berlibur, justru orang malah stres dan baperan saat balik dari tempat wisata... Apalagi besoknya harus kerja.

Karena itu, munculnya kabar bahwa “Disneyland” yang akan buka di Boyolali Jawa Tengah, membuka harapan bahwa semakin banyak pilihan tempat untuk berlibur. Meski belakangan, Bupati Boyolali merevisi penjelasannya bahwa taman hiburan yang dibangun itu bisa menggunakan nama apapun.

Taman-taman hiburan baru memang perlu dibangun di Indonesia. Tak hanya untuk menjawab berbagai masalah yang dialami oleh banyak kelas menengah di Indonesia. Lebih dari itu, keberadaan taman hiburan juga akan memberikan multiplier effects bagi daerah sekitarnya.

Ya, saya sendiri setuju jika pemerintah mendorong investor untuk membangun taman hiburan dan pariwisata, berikut insentifnya.

Namun, insentif kepada investor kiranya perlu diimbangi oleh insentif lain agar keberadaan taman hiburan tak hanya berhenti pada kepentingan bisnis dan bergulirnya perekonomian daerah.

Insentif harus juga perlu diberikan pada sisi pasar. Dan, insentif itu adalah: memberi lebih banyak libur...

Tanpa insentif tersebut, para kelas menengah pekerja akan sangat mungkin menghadapi kondisi sebagaimana yang dituliskan oleh Seno Gumira Ajidarma:

“Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com