SEORANG pria tua yang tampil modis dengan kacamata hitam khasnya mengatakan hal ini dengan penuh semangat saat ia diwawancarai,
"My job is not to do what she did, but what she would have done."
"She" yang dia maksud adalah Gabrielle "Coco" Chanel, pendiri rumah mode CHANEL. Pria tua ini lanjut bicara, "…the good thing about Chanel is, it is an idea you can adapt to many things."
Pria ini baru saja berangkat menuju nirwana. Dialah Karl Lagerfeld.
Karl Lagerfeld telah pergi, dan mungkin hanya kalangan tertentu yang mengenal namanya. Tapi, mungkin jauh lebih banyak yang mengenal karya-karya desainnya di rumah mode Chanel.
Dialah Creative Director di rumah mode itu untuk waktu yang sangat lama. Lagerfeld dan Chanel seperti dwi-tunggal yang memastikan karya seni ada pada tahtanya yang tinggi.
Tak seperti kota Roma yang abadi, Paris telah menjadi ‘ruang kerja sekaligus dipan kematian’ pria eksentrik asal Jerman ini. Namun begitu, Paris pulalah yang membesarkan nama Lagerfeld menjadi salah satu ikon desain pakaian dan aksesoris premium dunia.
Lagerfeld memang sudah pergi ke keabadian. Tetapi seni yang dia tenun dan tinggalkan dalam ribuan desain Chanel tetaplah abadi di bumi fana ini.
Menarik untuk menyimak elegi dari CEO Chanel Alain Wertheimer tentang almarhum Lagerfeld, “Lagerfeld selalu mendahului zamannya, kreativitasnya sungguh jenius, dan ia memiliki kemurahan hati serta intuisi luar biasa yang berkontribusi pada kesuksesan rumah mode Chanel di seluruh dunia.”
Sebentar, saya ingin menyimak lagi kata-kata Wertheimer…”Lagerfeld selalu mendahului zamannya”. Dan saya renungkan dalam-dalam bagian kalimat itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.