Bila Lagerfeld adalah seorang insinyur, fisikawan, atau programmer, akan sangat lazim untuk memujinya dengan sebutan “ia selalu mendahului zamannya”.
Tapi untuk seorang seniman? Oh no, no… Lagerfeld adalah seorang yang selalu berada tepat di perjalanan jamannya. Ia tahu apa yang diinginkan orang-orang tentang trend fashion. Oleh karenanya, orang-orang itu sangat mengagumi Lagerfeld.
Apa yang orang-orang itu tak ketahui adalah adanya lubang-lubang kekosongan trend di mana seorang Lagerfeld paham betul, di situlah tersedia ruang-ruang untuknya memberi tahu khalayak apa yang pantas mereka kenakan di tubuhnya.
Seolah mendikte, tetapi sebenarnya ia sedang membantu kita menyadari bahwa ada alternatif gaya, dan juga gaya hidup, yang tak kalah indahnya selain yang biasa kita pakai atau jalani.
Cara pikir Lagerfeld juga ada di industri lain.
Apa yang dilakukan Lagerfeld pernah dilakukan oleh Steve Jobs sang pendiri Apple dan perintis keypadless smartphone dengan ekosistem iOS. Di bulan April tahun 2007 ia menjadi bahan cemoohan saat memperkenalkan iPhone generasi pertama. Sebuah ponsel tanpa keypad? You must be kidding!
Tak ada yang menyangka semua smartphone yang beredar beberapa tahun terakhir ini benar-benar meniru apa yang dua belas tahun lalu dirintis Steve Jobs. Dan tiba-tiba keypad dianggap sebagai aksesori purba.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Brad Neuberg yang di tahun 2005 merintis suatu gerakan ‘cara baru berkantor’ yang saat ini dikenal dengan istilah "Co-working Space".
Neuberg yang tinggal hanya setengah jam dari Silicon Valley bahkan tak digubris oleh industri properti yang menyewakan ruang-ruang kantor untuk perusahaan-perusahaan rintisan hingga perusahaan trans-nasional di sepanjang inter-state dari San Fransisco, San Jose, Santa Clara hingga Malibu.
Kini, banyak perkantoran tak hanya di wilayah-wilayah itu yang perlahan kosong karena rendahnya permintaan sewa ruangan.
Sebagian besar programmer, apps developer, lawyer, arsitek, konsultan keuangan, agen asuransi, dan profesional-profesional lainnya memilih untuk bekerja di co-working space sebagai freelancer kerah emas.
Tak punya kantor sendiri tetapi berpenghasilan super besar. Tak ada lagi gengsi-gengsian. Gagasan co-working space Neuberg mengkombinasikan kenyamanan independensi serta fleksibilitas kerja dengan tetap mempertahankan suasana ‘komunitas kantoran’ yang tak bikin kesepian.
Hari ini ratusan ribu co-working space menjamur di penjuru metropolitan dunia.
Lifestyle, atau gaya hidup, tak lagi berbicara soal ‘bagaimana rasanya’ atau soal ‘sensasinya seperti apa’, karena dulu, dulu sekali, itu telah memisahkan kelompok orang-orang berduit dan orang-orang yang masih harus berjuang belanja sembako. Lifestyle kini milik semua orang.
Bila anda ke Bali, cobalah ke Ubud atau tempat-tempat pedesaan. Anda akan menemui beberapa orang bekerja sebagai Digital Nomad di tempat-tempat yang menyerupai kombinasi antara co-working space dan guest house.