Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertarik Investasi di Fintech Lending? Simak Risikonya

Kompas.com - 10/04/2019, 17:49 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kini, pilihan investasi semakin beragam, salah satunya melalui platform financial technology (fintech) peer to peer (P2P) lending yang mempertemukan antara lender dengan borrower.

Ketika seseorang berinvestasi melalui fintech P2P lending, uang yang diinvestasikan akan disalurkan kepada borrower atau peminjam.

Founder sekaligus CEO PT Amartha Mikro Fintek Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, dengan imbal hasil yang cenderung tinggi, berinvestasi melalui platform fintech P2P lending bukan berarti tanpa risiko.

"Kami edukasi ke lenders, ini bukan fix income, mungkin memang bisa dapet 12,5 persen sampai 15 persen per tahun, tapi ada kemungkinan borrower gagal bayar, jadi kalau di P2P lending portofolio risk kredit macet, risikonya ada di lender," ujar Andi di Jakarta, Rabu (10/4/2019).

Baca juga: Pinjaman Fintech Sudah Menembus Rp 28,36 Triliun, Ini Penyebabnya

Andi mengatakan, profil lender dari Amartha sebagian besar adalah mereka yang tinggal di Jakarta dan sudah melek teknologi. Investasi di peer to peer lending menjadi pilihan kesekian lantaran mereka sudah memiliki investasi di platform lain seperti reksa dana, saham, atau obligasi pemerintah.

Andi mengatakan, perusahaan berupaya untuk memberikan edukasi kepada para lender mengenai potensi hilangnya dana yang ditanamkan para lender kepada borrower-nya.

Untuk itulah, Amartha kemudian melakukan kerja sama dengan perusahaan asuransi Jamkrindo dan Sinarmas untuk memberikan proteksi kredit yang disalurkan oleh pada lender.

"Lender bisa beli polis asuransi di Amartha, sudah kerja sama dengan Jamkrindo dan Sinarmas untuk proteksi kredit sebesar 75 persen dari pinjaman," ujar dia.

Namun, bukan berarti perusahaan abai terhadap kualitas kredit borrower-nya. Andi mengatakan, perusahaan melakukan penilaian terhadap para peminjam dana dengan melihat kemampuan borrower untuk membayar angsuran pinjaman juga dari keinginan peminjam untuk membayar angsuran pinjaman.

Kemampuan para peminjam tersebut bisa diukur dari produktivitas dari usaha yang dilakukan hingga potensi pengembangan usaha. Sementara, mengukur keinginan pembayaran angsuran dilakukan dnegan pertanyaan-pertanyaan psikologis.

"Kami melihat bagaimana behaviour seseorang ketika melihat uang. Kami beri pertanyaan-pertanyaan psikologis. Karena tidak semua orang yang mampu membayar angsuran ada willingnes untuk membayar angsuran pinjaman tersebut," ujar Andi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com