Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Dunia Lemah, Defisit Neraca Perdagangan RI Bisa Melebar

Kompas.com - 24/04/2019, 13:22 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi dunia yang diproyeksikan semakin melemah akan berimbas pada ekonomi nasional.

Setidaknya, terdapat dua hal yang harus diperhatikan baik oleh pemerintah maupun pelaku usaha dalam negeri yaitu defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). 

Pasalnya, tahun lalu saja defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai 8,8 miliar dollar AS. Tahun ini, ditambah dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang dipangkas oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dari 3,5 persen jadi 3,3 persen kondisinya akan semakin berat.

Baca juga: IMF Kembali Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,5 Persen

Sementara Bank Dunia memproyeksikan ekonomi global akan tumbuh 2,9 persen, turun dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3 persen. 

"Tahun lalu CAD mengalami pelebaran, itu sejalan dengan kondisi neraca perdagangan yang defisit 8,8 miliar dollar AS, menjadi yang tertinggi. Ini masih jadi tantangan terberat kita," ujar Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono di Jakarta, Rabu (24/4/2019). 

Dia menjelaskan, melambatnya kondisi perekonomian global membuat pertumbuhan ekspor Indonesia juga jadi terhambat. Sebab, permintaan dari negara-negara tujuan eskpor utama, seperti Amerika Serikat dan China akan menurun.

Di sisi lain, impor yang sebesar 92 persen hingga 93 persen berupa bahan baku dan barang modal terus berjalan, sehingga membuat terjadinya defisit neraca perdagangan. 

Baca juga: Jokowi: Kita Mati-matian Tekan Defisit Neraca Perdagangan

Sebagai informasi, pada kuartal I 2019 ini, defisit neraca perdagangan Indonesia hanya sebesar 190 juta dollar AS.

"Namun dengan melihat pelemahan global dan volume perdagangan dunia yang turun, maka ada potensi defisit bisa lebih besar pada tahun ini," jelasnya. 

Pemerintah pun berupaya mengantisipasi dampak pelemahan ekonomi global dengan mengendalikan impor salah satunya dengan subtitusi impor dalam negeri. 

Baca juga: Defisit Selama 4 Bulan Berturut-turut, Neraca Perdagangan Akhirnya Surplus

Selain itu, peemrintah juga berupaya untuk menggenjot ekspor, agar kinerja ekspor Indonesia tak melulu bergantung pada komoditas tapi juga produk manufaktur.

"Dengan fundamental ekonomi kita yang masih confident, pertumbuhan ekonomi terus diatas 5 persen, inflasi terjaga, maka optimistis investasi akan meningkat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com