Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Huawei, AS "Blacklist" Perusahaan Superkomputer asal China

Kompas.com - 23/06/2019, 11:32 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNN

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah membatasi ruang bisnis Huawei, Departemen perdagangan AS kembali merinci batasan baru pada perusahaan AS yang melakukan bisnis dengan 5 perusahaan pembuat superkomputer China. Pembatasan ini akan mulai berlaku hari Senin (24/6/2019)

Dikutip dari CNN, Minggu (23/6/2019), Departemen Perdagangan AS mengatakan pihaknya memasukkan Wuxi Jiangnan Institute of Computing Technology and Sugon, dan tiga entitas yang terikat dengan Sugon di daftar hitam. Sama seperti Huawei, alasannya masih soal mengancam keamanan nasional.

Departemen Perdagangan AS mengatakan, 5 perusahaan China ini menggunakan superkomputer dan komponen buatannya untuk keperluan militer dan nuklir. Nantinya, Perusahaan AS tidak akan dapat mengekspor komponen ke lima perusahaan yang terdaftar tanpa lisensi.

Sugon merupakan penyedia utama pusat data dan superkomputer di Cina, dan salah satu produsen sistem komputer terkemuka di dunia.

Di situs webnya, Sugon mengatakan telah memberikan dukungan teknis untuk kemajuan penelitian ilmiah fundamental Tiongkok, peralatan ilmiah yang signifikan, dan pengembangan industri.

Untuk melakukan dukungan itu, Sugon membeli komponen komputer dari perusahaan Amerika Serikat termasuk Intel (INTC), Nvidia Corp (NVDA), dan AMD (AMD).

Pada tahun 2016, AMD menandatangani usaha patungan dengan perusahaan induk asal China yang sebagian dimiliki oleh Sugon. Kemitraan tersebut akhirnya membentuk dua entitas yang terpisah, yaitu Sirkuit Terpadu Chengdu Haiguang dan Teknologi Mikroelektronika Chengdu Haiguang.

Sebagai bagian dari kemitraan, AMD juga melisensikan kekayaan intelektual untuk teknologi microchip kepada perusahaan asal China tersebut, yang menggunakannya untuk mengembangkan chip untuk server yang dijual di China.

Chip tersebut akhirnya berkontribusi untuk produksi dalam negeri untuk barang-barang teknologi tinggi atau dikenal dengan istilah Made in China 2025 yang tengah China prioritaskan.

Pada tahun 2018, AMD memperoleh 86 juta dollar AS karena lisensi kekayaan intelektualnya berdasarkan kesepakatan dengan perusahaan tersebut.

Kendati akan membatasi ruang bisnis 5 entitas asal China, masih belum jelas bagaimana kerjasama lisensi intelektual tersebut mendorong keputusan Departemen Perdagangan AS.

"Kami saat ini sedang mengevaluasi masuknya entitas baru ke daftar hitam oleh Biro Perindustrian dan Keamanan," kata seorang juru bicara AMD dikutip dari CNN, Minggu (23/6/2019).

"AMD akan mematuhi peraturan tersebut, sama seperti kita telah mematuhi undang-undang AS hingga saat ini. Kami sedang meninjau secara spesifik perintah untuk menentukan langkah selanjutnya terkait dengan usaha "patungan kami" di Cina," tambah sumber tersebut.

Sayangnya, Intel dan Nvidia belum mau berkomentar lebih jauh.

Diketahui, AS-China telah terlibat dalam pertempuran sengit terkait dominasi superkomputer selama bertahun-tahun sebelum perang dagang merebak. Menurut AS, memegang superkomputer paling kuat sangat penting untuk keamanan nasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com