Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Meroket 175 Persen, Zimbabwe Kembali Dihantui Hiperinflasi

Kompas.com - 16/07/2019, 10:11 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber AFP

HARARE, KOMPAS.com - Zimbabwe sejak 2016 lalu menerbitkan surat utang sebagai mata uang paralel yang hanya diterima di Zimbabwe.

Artinya, surat utang tersebut setara dengan mata uang dollar AS lantaran di negara tersebut terdapat keterbatasan uang kertas.

Seperti dikutip dari AFP, Selasa (16/7/2019) data terakhir menunjukkan inflasi tahunan Zimbabwe mencapai 175 persen di Juni.

Tingginya tingkat inflasi tersebut memunculkan kekhawatiran kembali terjadinya hiperinflasi yang sempat menimpa Zimbabwe ketika perekonomian mereka diterpa krisis parah.

Baca juga: Mengapa Negara Bisa Alami Hiperinflasi?

Tingkat inflasi yang dirilis oleh biro statistik setempat adalah yang tertinggi sejak masa hiperinflasi yang terjadi tahun 2009. Kala itu, pemerintah bahkan harus meninggalkan mata uang dollar Zimbabwe lantaran tingkat inflasi mencapai 500 persen.

Suplai berbagai bahan pokok seperti roti, obat-obatan dan bahan bakar terus merosot di negara tersebut.

"Inflasi tahun ke tahun untuk Juni 2019 yang diukur dari indeks harga konsumsi sebesar 175,66 persen sementara pada Mei 2019 lalu 97,85 persen," ujar Biro Statistik Nasional Zimbabwe dalam keterangan tertulisnya.

Jutaan penduduk Zimbabwe pun dalam 20 tahun terakhir harus pergi ke luar negeri untuk mencari pekerjaan.

Sementara penduduk lainnya saat ini tengah berupaya untuk meninggalkan negara tersebut lantaran kondisi perekonomian yang terus memburuk di bawah kepemimpinan Presiden Emmerson Manangagwa. Padahal, dia telah berjanji bakal memerbaiki kondisi perekonomian ketika menggantikan Robert Mugabe pada 2017 lalu.

Baca juga: Zimbabwe Larang Penggunaan Mata Uang Luar Negeri, Ada Apa?

Mnangagwa telah berjanji bakal mengakhiri isolasi Zimbabwe dengan dunia internasional, menarik investor dan menciptakan pertumbuhan untuk bisa mendanai perbaikan pelayanan publik.

Namun, kondisi perekonomian justru kian merosot, dengan harga berbagai kebutuhan pokok terus meroket.

Dollar AS pun telah menjadi mata uang nasional sejak 2009. Namun, bulan lalu, Zimbabwe telah resmi mengakhiri penggunaan dollar AS dan berbagai mata uang asing lain dan menggantikan dengan dua mata uang parallel, yaitu surat utang dan dollar elektronik RTGS yang bakal dikombinasikan menjadi Zimbabwe dollar.

Baca juga: Terjadi Inflasi 0,68 Persen pada Mei 2019, Apa yang Kita Rasakan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com