Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Suku Bunga Turun, Pilih (Reksa Dana) Saham atau Obligasi ?

Kompas.com - 25/07/2019, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam konteks pemilihan reksa dana setelah suku bunga acuan diumumkan turun, faktor valuasi juga bisa dilihat dari kinerja historis dari reksa dananya.

Dari awal tahun hingga 23 Juli 2019, rata-rata reksa dana pendapatan tetap membukukan kenaikan 6,76 persen. Sementara IHSG yang merupakan representasi dari reksa dana saham baru membukukan kenaikan 3.38 persen.

Untuk tahun 2019, menurut perkiraan Panin Asset Management, reksa dana pendapatan tetap berpeluang memberikan tingkat return antara 8 – 12 persen. Dibandingkan kinerja yang sudah terjadi, masih terdapat peluang untuk naik antara 1,3 persen hingga 5,3 persen.

Untuk IHSG, harga wajar tahun 2019 diperkirakan antara 7.200 – 7.400. Per tanggal 23 Juli 2019, IHSG berada di level 6403 sehingga masih berpeluang memberikan kenaikan antara 12 – 15 persen.

Berdasarkan informasi di atas, walaupun suku bunga bukan merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham, mengingat potensi kenaikan pada tahun 2019 lebih tinggi, reksa dana saham juga dapat dipertimbangkan sebagai pilihan instrumen investasi.

Tentu, investasi reksa dana juga mengandung risiko. Kinerja masa lalu juga tidak menjamin akan terulang pada masa mendatang. Investor perlu memahami hal tersebut ketika memutuskan untuk berinvestasi di reksa dana.

Profil Risiko

Sebenarnya ada satu lagi cara memilih reksa dana yang lebih praktis yaitu berdasarkan profil risiko dan jangka waktu investasi.

Sebagai contoh seperti reksa dana saham untuk investor agresif dengan periode investasi di atas 5 tahun dan reksa dana pendapatan tetap untuk investor konservatif dengan periode investasi antara 1-3 tahun, timing atau waktu tidak terlalu penting.

Investor bisa masuk kapan saja tanpa harus dipusingkan dengan apakah suku bunga masih akan turun atau naik, kapan perang dagang antara AS dan China mereda, valuasi saham dan obligasi sudah mahal atau masih murah, dan seperti apa laporan keuangan dari perusahaan.

Biarlah Manajer Investasi yang melakukan hal tersebut untuk anda.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com