Selain itu pada saat yang sama, kata Satria, Indonesia juga menggelar misi penjualan ke AS sehingga jumlah ekspornya juga akan naik dan membuat nilai perdagangan bilateral lebih kuat meskipun surplus lebih kecil.
Untuk itu, Indonesia perlu menyesuaikan strategi perdagangan internasionalnya sejalan dengan perkembangan geopolitik baru-baru ini, yang menyebabkan peningkatan ketegangan perdagangan global.
"Hubungan Indonesia-AS yang hangat akan membantu mempertahankan aliran masuk portofolio asing, terutama karena kita sekarang hidup di dunia di mana satu baris tweet dari Presiden AS Donald Trump dapat secara drastis memutarbalikkan hasil obligasi Rupiah," pungkas Satria.
Sebagai informasi, AS merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia. Pada tahun 2018, AS membeli produk non-migas sebesar 17,67 miliar dollar AS dari Indonesia atau setara 10,87 persen dari total ekspor, pembeli terbesar kedua setelah China.
Baca juga: Imbas Perang Dagang, Lebih dari 50 Perusahaan Asing Kabur dari China
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.