Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Alami Resesi, Indonesia Bisa Ketiban Untung

Kompas.com - 29/08/2019, 16:40 WIB
Murti Ali Lingga,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Senior Economist dan ASEAN UBS, Edward Teather menilai resesi ekonomi yang dialami Singapura akan menguntungkan Indonesia. Singapura telah mengalami resesi ekonomi akibat perang dagang antara Amerika Setrikat (AS) dan China.

"Tidak perlu khawatir atas perlambatan pertumbuhan Singapura terhadap aliran modal," kata Edward ditemui, di Kantor UBS, Jakarta, Kamis (29/8/2019).

Edward berpendapat, efek pelemahan ekonomi Singapura hanya membayangi sentimen investasi  negara-negara di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Sisi lain, kondisi tersebut akan menguntungkan Indonesia, terutaman di pasar keuangan.

Baca juga: Indeks Modal Manusia Indonesia Kalah Jauh dari Singapura dan Vietnam

Hal ini karena negara "The Lion City" ini butuh tempat berinvestasi untuk meningkatkan ekonominya.

"Percayalah, investasi di kawasan yang melambat justru menunjukkan sentimen positif ke Indonesia, mencerminkan aliran modal masuk," ujarnya.

Melihat kondisi itu, Edward tetap mewanti-wanti dan berharap pemangku kepentingan untuk lakukan langkah antisipasi dampak dari krisis ekonomi global terhadap negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Baca juga: Perang Dagang, Ekonomi Singapura Dikhawatirkan Bakal Alami Resesi

Sehingga negara-negara di ASEAN dapat memengambil manfaat dari gejolak perang dagang AS dan China.

"Berharap kebijakan supply chain bisa menstabilkan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap ekonomi Indoensia," sebutnya.

Tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China kembali meningkat. Terakhir, Presiden Donald Trump kembali mengancam akan menaikkan tarif impor produk China jika Presiden Xi Jinping tak menemuinya di gelaran pertemuan kepala negara G20 di Jepang.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun memaparkan dampak dari perang dagang antara kedua negara adidaya tersebut terhadap Indonesia, yaitu aliran modal asing yang kian tertekan lantaran risiko berinvestasi yang meningkat.

"Dengan adanya eskalasi perang dagang itu memang risiko berinvesatsi di negara berkembang termasuk Indonesia jadi meningkat," ujar dia ketika memberi penjelasan kepada Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Jakarta, Selasa (11/6/2019).

Perry mengatakan, berbeda dengan akhir kuartal 2018 ketika Indonesia mendapatkan aliran modal asing yang cukup deras, pada kuartal I-2019 ini terjadi penurunan arus investasi atau protofolio asing.

Pada kuartal IV tahun lalu, investasi portofolio yang masuk ke Indonesia mencapai 10,5 miliar dollar AS, sementara kuartal I 2019 ini hanya sebesar 5,4 miliar dollar AS.

"Terutama memang karena itu tadi, ketidakpastian dampak dari perang dagang," ujar Perry.

Baca juga: Perang Dagang Kian Panas, Singapura Pangkas Proyeksi Ekonomi Dekati 0 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com