Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Ekonomi Global Melambat, Ekonomi Syariah Bisa Terus Tumbuh

Kompas.com - 13/11/2019, 14:45 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memandang ekonomi dan keuangan syariah masih bisa tumbuh di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan, saat ini masih ada 40 persen penduduk Indonesia yang belum terpapar kegiatan ekonomi maupun instrumen keuangan.

Hal itu menjadi potensi Indonesia dalam mengembangkan perekonomian Islam.

"Di Indonesia sekitar 40 persen dari ekonomi dan penduduk kita belum terkait dengan keunagan dan ekonomi, atau inklusi keuangan dan inklusi ekonomi. Itu adalah pasar, potensi, sumber daya untuk mendukung ekonomi," ujar Perry ketika memberi penjelasan kepada awak media di sela-sela Indonesian Sharia Economic Festival (ISEF) di Jakarta, Rabu (13/11/2019).

Perry menilai, segmen yang belum tersentuh instrumen keuangan dan kegiatan ekonomi tersebut perlu untuk dikembangkan.

Baca juga: Maruf Amin Ingin Pangsa Pasar Keuangan Syariah RI Lampaui Mesir dan Malaysia

Untuk bisa menggerakkan segmen tersebut, Perry mengatakan diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak seperti pondok pesantren, UMKM dan pariwisata.

Dengan terbentuk dan bergeraknya mata rantai ekonomi syariah tersebut, bisa jadi daya dukung ekonomi, termasuk dalam memitigasi dari dampak tren turunnya pertumbuhan ekonomi global.

Adapun sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyampaikan pangsa pasar keuangan syariah Indonesia jika dibandingkan dengan negara mayoritas lain masih jauh tertinggal.

Saat ini market share atau pangsa pasar keuangan syariah secara keseluruhan, baik perbankan dan asuransi syariah baru mencapai 8,6 persen. Bahkan, khusus untuk perbankan syariah, pangsa pasarnya baru 5,6 persen.

"Kita ingin mengejar negara penduduk mayoritas Islam lain yang sudah lebih maju seperti Mesir, yang pangsa pasar keuangan syariahnya 9,5 persen, Pakistan 10,4 persen dan Malaysia 28,2 persen," ujar Ma'ruf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com