Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Anjlok, Kini Harga Tembakau Kembali Normal

Kompas.com - 01/01/2020, 10:18 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia atau APTI, Soeseno menyebutkan kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen dan harga jual eceran (HJE) rokok naik 35 persen sempat membuat harga jual tembakau anjlok di sejumlah wilayah.

"Sebenarnya kemarin sih waktu mulai pengumuman, harga tembakau memang dipengaruhi oleh isu itu. Yang memainkan harga biasanya pedagang. Ada isu kenaikan cukai pedagang itu langsung (turun harganya)," kata Soeseno kepada Kompas.com, Selasa (31/12/2019).

Tidak tanggung, bahkan harga tembakau bisa merosot sampai dengan 50 persen dari harga awalnya. Apalagi kenaikan cukai rokok diumumkan saat petani mulai panen raya, yakni pada Oktober 2019.

Baca juga: Petani Tembakau Tolak Rencana Revisi PP Nomor 109

Soeseno mengatakan saat diterpa isu kenaikan, harga tembakau anjlok. Namun saat ini harga sudah bagus di pasar, karena sekarang tidak ada pasar tembakau.

Umumnya pasar tembakau mulai ada di bulan Oktober dan November saat petani tembakau mulai panen.

"Nyatanya harga rata-rata untuk petani mengecewakan. Ini (harga tembakau) tidak sebagus pada tahun 2018. Harganya itu bisa di kisaran Rp 35.000 per kilogram sampai Rp 40.000 per kilogram. Padahal biasanya harga dikisaran Rp 60.000 an per kilogram," jelasnya.

Adapun penurunan harga sempat terjadi pada tembakau yang paling sering di gunakan sebagai bahan baku yakni tembakau Madura, Kasturi dan Jember.

Baca juga: Sah, Cukai Hasil Tembakau Naik 21,55 Persen Per 1 Januari 2020

Namun demikian, Soeseno menyebut saat ini harga tembakau sudah mulai normal. Misalkan saja harga tembakau di Jombang, Lamongan dan Bojonegoro yang masih dikisaran Rp 60.000 per kilo gram.

"Kemarin saya ke Jombang, Lamongan dan Bojonegoro harga tembakau bagus. Rata-rata Rp 60.000 per kilogram. Tapi di luar itu saya enggak tahu. Karena gejalanya berbeda-beda," jelasnya.

Adapun ketidakstabilan harga ini terjadi karena pedagang memainkan isu di pasar. Alasannya adalah karena harga rokok naik, maka rokok tidak laku dipasaran sehingga perusahaan rokok membeli dengan jumlah sedikit.

"Walaupun pabrik sebenarnya melakukan pembelian tetap. Tapi kan pedagang bilangnya 'oh ini pabrik belinya kecil ini', Sehingga pedagangkan memainkan pasar," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com