Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Pakai Nexus Tax untuk Kejar Pajak Netflix dkk

Kompas.com - 29/01/2020, 11:01 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah akan menerapkan sistem nexus tax untuk mengejar pajak Netflix dan perusahaan teknologi over the top (OTT) lainnya.

Menteri Komunikasi dan Informasi Johnny G. Plate menyebutkan sistem pajak di Amerika bernama nexus tax akan diimplementasikan secara berbeda di Indonesia bagi perusahaan teknologi yang tak berkantor di Indonesia namun memiliki pendapatan dari Indonesia.

Adapun sistem nexus tax di Indonesia bisa saja disebut dengan new nexus tax yang  aturannya selama perusahaan memperoleh pendapatan di Indonesia, maka tetap akan dikenai pajak.

Baca juga: Kelanjutan Sri Mulyani Vs Netflix

"Nexus itu sistem pajak penjualan di AS yang harus memiliki kantor fisik. Kalau di sini enggak punya kantor gimana (narik) pajaknya. Nexus baru atau New Nexus itu istilah saja, di mana tanpa ada kehadiran kantor secara fisik juga tetap memayar pajaknya karena menghasilkan nilai tambah," jelas Johnny di Kantornya di Jakarta Pusat Selasa (28/1/2020).

Menurut Johnny, realitanya saat ini dibelahan dunia manapun, perusahaan yang mendapat atau menghasilkan nilai tambah ada komponen penerimaan negaranya (pajaknya).

Pemerintah kata dia, akan terlebih dahulu melakukan sosialisasi terkait nexus tax sambil menunggu aturannya tercantum di undang-undang.

Menurut Jhonny, new nexus diperlukan jika perusahaan OTT memperoleh pendapatannya meski tanpa berkantor di Indonesia.

Baca juga: Meski Digandeng Nadiem, Netflix Belum Capai Kesepakatan dengan Telkom

Di samping itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai sedang berupaya menyusun RUU Omnibus Perpajakan yang juga mencakup pajak OTT.

"Ibu Sri Mulyani sedang mengurus atau menjadi leading sektor RUU Omnibus Pajak. Di situ nanti diatur yang mana perusahaan OTT termasuk, Netflix ada di dalamnya," ungkpnya.

Johnny mengatakan di Indonesia, infrastruktur informatika telekomunikasi sudah luar biasa besar. Indonesia punya fix broadband 348 ribu km atau hampir 9 kali mengitari bumi.

Selain itu, Indonesia menggunakan 6 satelit multifungsi dan akan ada satelit baru nantinya. Sehingga pasar OTT tertarik bangun kantor di Indonesia.

"Jangan karena pajak, investasi jadi terhambat. Apalagi di omnibus pajak itu banyak insentif pajaknya," tegasnya.

Baca juga: Mengenal Aturan Cuti Haid bagi Pekerja Perempuan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com