Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yenny Wahid: Kelas Menengah adalah Orang-orang yang Resah...

Kompas.com - 31/01/2020, 08:14 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mengatakan, kelompok masyarakat ekonomi kelas menengah adalah orang-orang yang diliputi keresahan.

Sebab, meskipun mereka secara ekonomi sudah masuk dalam kategori aman dan mampu memenuhi kebutuhan dasar dengan banyak pilihan, dalam beberapa hal lain kelompok kelas menengah masih terhimpit berbagai risiko yang muncul akibat digitalisasi.

"Kelas menengah ini orang-orang yang resah karena mereka terjepit. Satu dari enam pekerjaan kelas menengah akan hilang dengan adanya automation. Itu membuat kita resah karena ketidakpastian," ujar Yenny ketika Bank Dunia meluncurkan laporan terbarunya yang bertajuk Aspiring Indonesia, Expanding the Middle Class di Jakarta, Kamis (31/1/2020).

Baca juga: Bank Dunia: 115 Juta Penduduk Indonesia Rawan Kembali Miskin

Kelompok kelas menengah tersebut tidak memiliki kepastian mengenai masa depan dunia kerja.

Berdasarkan laporan McKinsey tahun lalu, beberapa industri yang rentan digantikan oleh mesin adalah jasa akomodasi dan makanan, pertanian, manufaktur, transportasi dan pergudanganm perdagangan ritel hingga industri keuangan dan asuransi.

Selain itu, Yenny mengatakan para kelas menengah dengan uang yang saat ini mereka miliki ternyata nilainya tak lebih besar jika dibandingkan dengan yang dimiliki oleh orang tua mereka dengan jumlah uang yang sama.

Padahal, kelompok kelas menengah tersebut memiliki aspirasi bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan orang tua mereka.

Baca juga: Ingin Keluar dari Jebakan Pendapatan Kelas Menengah, Apa Langkah Jokowi?

"Mereka memiliki keinginan untuk punya kualitas hidup yang lebih baik dari orang tuanya. Tapi kenyataannya dengan uang yang sama yang dia punya ternyata nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan uang yang orang tuanya miliki dulu. Apalagi di sosial media merkea melihat di negara-negara lain kualitas hidup bisa lebih baik, kenapa di negara kita enggak?" lanjut dia.

Namun demikian, Yenny menekankan peran kelas menengah sangat penting di tatasan sosial masyarakat.

Sebab, tak hanya berkontribusi dalam mendorong perekonomian dengan konsumsi saja, namun berbagai gerakan sosial juga muncul dari golongan ini.

"Banyak kegiatan sosial, pembelahaan terhadap hak-hak perempuan dilakukan oleh kelas menengah. Justru tugas-tugas pemerintah yang nggak dilakukan oleh pemerintah banyak diisi oleh kelas menengah," ujar dia.

Baca juga: Presiden: Jumlah Kelas Menengah di Indonesia akan Jadi Magnet Investasi

Sebagai informasi Bank Dunia baru saja mengeluarkan laporan yang menceritakan, meski Indonesia telah berhasil menekan angka kemiskinan di bawah 10 persen, setidaknya 115 juta penduduk masih rentan kembali jatuh miskin.

Angka tersebut setara dengan 45 persen dari populasi Indonesia keseluruhan.

Dengan demikian, 115 juta penduduk tersebut harus bisa didorong untuk masuk ke dalam kelompok kelas menengah sehingga tak hanya mendongkrak laju perekonomian namun juga kian menekan angka kemiskinan dan kesenjangan.

Berdasarkan catatan Bank Dunia, kelompok yang masuk dalam kategori rawan jatuh miskin lagi ini adalah mereka yang memiliki konsumsi per kapita Rp 532.000 hingga Rp 1,2 juta per bulan.

Baca juga: Fakta-fakta Soal Turunnya Angka Kemiskinan dan Kesenjangan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com