Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Larang Wisatawan dari 4 Negara, Pendapatan Bakal Maskapai Terganggu

Kompas.com - 06/03/2020, 17:42 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memutuskan untuk melarang kedatangan wisatawan baik yang tiba maupun transit, dari beberapa kota di Iran, Italia, dan Korea Selatan. Hal ini dilakukan menyusul perkembangan kasus penyebaran virus corona atau Covid-19 di ketiga negara tersebut.

Pengamat penerbangan Arista Atmadjati mengatakan, keputusan ini dinilai akan mengoreksi target pendapatan maskapai yang melayani rute-rute tersebut.

Pasalnya, pemerintah sebelumnya sudah menutup seluruh rute penerbangan dari dan ke China.

"Untuk secara umum turisme dan maskapai, (pelarangan) cukup mengganggu target revenue airline 2020," katanya kepada Kompas.com, Jumat (6/3/2020).

Baca juga: Pendatang dari 4 Negara Ini Dilarang Masuk Indonesia

Arista menjelaskan, jumlah wisatawan yang berangkat atau datang secara langsung dari Iran dan Italia tidak terlalu signifikan.

Berbeda dengan Korea Selatan yang tercatat sebagai salah satu negara utama asal kedatangan wisatawan.

"Dari Korea lumayan ngaruh, turis masuk ke target ke revenue airline 2020," katanya.

Mengutip data Badan Pusat Statistik, wisatawan mancanegara yang berasal dari Korea Selatan pada Januari 2020 mencapai 33.600 orang. Dari jumlah itu 27.300 di antaranya datang dengan menggunakan pesawat.

Lebih lanjut, Arista menilai Garuda Indonesia akan menjadi salah satu maskapai yang mengalami kerugian signifikan.

Baca juga: Imbas Virus Corona, Lufthansa Batalkan 7.100 Penerbangan

Pasalnya, maskapai plat merah ini melayani 14 rute penerbangan ke Korea Selatan setiap pekan.

"Garuda saja ke Korea Sealatan terbang 14 kali per minggu, dari Jakarta dan Bali," ucapnya.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan memastikan bahwa penerbangan dengan rute dari dan ke Korea Selatan masih beroperasi.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengatakan, larangan yang diberlakukan oleh pemerintah hanya berlaku bagi wisatawan yang berasal dari ketiga negara tersebut.

Namun, penerbangan pesawat dipastikan masih beroperasi secara normal.

"Yang dilarang itu hanya turis aja. Penerbangan enggak ada larangan," kata dia kepada Kompas.com, Jumat (6/3/2020).

Lebih lanjut, Mantan Direktur Utama PT Airnav Indonesia itu menjelaskan, penerbangan pesawat dari negara-negara tersebut tidak hanya melayani penumpang saja, tetapi juga terdapat jasa kargo.

"Pesawat kan enggak hanya membawa penumpang, kargo juga," ucapnya.

Baca juga: Stimulus Jilid Dua Corona Segera DIrilis, Ini Permintaan Pengusaha

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com