Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Bob Hasan, Julukan Raja Hutan dan Kedekatan dengan Soeharto

Kompas.com - 01/04/2020, 08:33 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mohammad Hasan atau Bob Hasan, taipan bisnis kayu lapis di era Presiden Soeharto yang juga dikenal dengan raja hutan, meninggal dunia pada Selasa (31/3/2020) di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Bob Hasan meninggal dunia di usia 89 tahun setelah berjuang melawan kanker yang telah lama dideritanya. Bisnisnya sempat sangat berjaya di zaman Orde Baru. Kedekatannya dengan penguasa saat itu tak lepas dari statusnya sebagai anak angkat perwira tinggi TNI AD, Gatot Subroto.

Bisnis Bob Hasan terentang luas di sektor kehutanan lewat perusahaannya Kalimanis Group yang saat itu banyak mendapatkan konsesi HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di hutan Kalimantan dan Sumatera.

Perusahannya semakin berkibar lantaran jadi eksportir kayu lapis terbesar dari Indonesia di era 1990-an. Dia juga sempat menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI).

Baca juga: Lalu M Zohri: Saya Anggap Bob Hasan sebagai Bapak Sendiri

Bisnis besarnya di sektor kehutanan membuat Bob Hasan mendapatkan julukan sebagai Raja Hutan. Selain merambah ke industri hilir hutan seperti kayu lapis dan pulp, perusahaannya juga meluas ke berbagai sektor seperti otomotif, asuransi, dan keuangan. Dia juga berekspansi ke bisnis media dengan mendirikan Majalah Gatra.

Sosoknya juga tak lepas dari kontroversi. Dia dituding sebagai pengusaha yang jadi penyebab kerusakan hutan tropis di Indonesia.

Diberitakan Harian Kompas, 31 Agustus 1993, Bob Hasan menjawab berbagai tudingan yang dialamatkan kepadanya. Bob mengatakan, sebenarnya Indonesia hanya memotong hutan kurang dari 0,2 meter kubik/tahun/ha.

Jadi luas hutan Indonesia yang 143 ha, hanya dipotong kayunya sejumlah 30 juta meter kubik per tahun. Sedang hutan di Midwest, telah dijadikan ladang kedelai atau AS bagian selatan yang menjadi ladang kapas.

Baca juga: Meninggal Dunia, Berikut Perjalanan Karier Ketum PB PASI Bob Hasan

Bob Hasan di Sidang Komisi DPR pada Februari 2000.KOMPAS/EDDY HASBY Bob Hasan di Sidang Komisi DPR pada Februari 2000.
AS juga mengalami banyak masalah lingkungan seperti kebakaran hutan dan banjir setiap tahun. Begitu pula Australia yang sebagian besar wilayahnya berupa tanah merah tanpa pepohonan.

Ia berpendapat, serangan negara maju itu lebih disebabkan kekhawatiran bahwa Indonesia akan menjadi pesaing mereka di dalam perdagangan internasional.

Hal itu sudah tampak dalam pengenaan bea masuk sebanyak 8,2 persen terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke AS, sementara Brasil hanya empat persen, sedang Filipina dan Malaysia bebas.

Indonesia, menurut Bob Hasan, merupakan satu-satunya negara yang memberikan alokasi khusus terhadap proyek penghutanan kembali sebesar 450 dollar AS per tahun.

"Jadi tidak benar kalau kita ini dituduh negara yang merusak hutan. Kita ini malah satu-satunya negara yang sudah melakukan inventarisasi hutan," kata Bob Hasan saat itu.

"Untuk kayu lapis diameter minimal pohon yang diperlukan adalah 50 cm, itu saja sudah berarti dilakukan sistem tebang pilih," kata dia.

Baca juga: Rekam Jejak Bisnis Kayu Bob Hasan, Raja Hutan di Era Orde Baru

Sedang untuk industri kertas yang tidak membutuhkan diameter tertentu, Bob Hasan mengakui memang melakukan tebang habis, namun itupun telah diimbangi dengan penanaman kembali di hutan tanaman industri.

"Dan untuk penanaman ini bisa memperkerjakan tenaga kerja hingga 50.000 orang setiap tahunnya," tutur Bob Hasan.

Bob Hasan pula yang mendirikan pabrik bubur kertas PT Kiani Kertas. Tahun 1994, perusahaannya membangun pabrik pulp pertama di Kalimantan Timur di atas areal seluas 400 ha.

Pembangunan pabrik bubur kertas itu menelan dana sebesar 875 juta dollar AS (Rp 1,7 triliun). Dana tersebut, sebagian akan dibiayai dengan modal sendiri sebesar 130 juta dollar AS.

Meski menggarap banyak bisnis di sektor kehutanan, profil Bob Hasan dikenal banyak menghabiskan aktivitasnya di bidang olahraga. Dia tercatat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) sejak tahun 1976.

Baca juga: Organda Dukung Wacana Larangan Mudik Lebaran 2020

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com