JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 mengubah banyak perilaku konsumen yang mengakibatkan berbagai macam bisnis menjadi anjlok, tak terkecuali rumah sakit.
Seiring pandemi ini, masyarakat banyak yang enggan untuk berobat ke rumah sakit dan lebih memilih menggunakan aplikasi kesehatan berbasis telematik. Hal ini berpengaruh pada biaya pemasukan penerimaan dan operasional rumah sakit.
Konsultan Brand Komersial Silih Agung Wasesa mengatakan, di saat seperti ini rumah sakit harus memiliki strategi yang tepat untuk tetap meningkatkan kembali brand dan mendapatkan kembali kepercayaan dari masyarakat.
"Tentunya di masa pandemi ini orang-orang pasti takut untuk berobat ke rumah sakit. Oleh sebab itu sudah saatnya pihak rumah sakit untuk mengubah atau menerapkan strategi yang baru akan hal itu," ujarnya dalam PERSI Talks yang dilakukan secara virtual, Jumat (1/5/2020).
Baca juga: Riset KG Media: 3 Kunci bagi Brand Menghadapi Pandemi
Silih mengatakan, dalam hal ini pihak rumah sakit yaitu tim marketing dan tim finance harus bisa berkolaborasi menemukan cara yang tepat untuk mengembalikan dan meningkatkan brand rumah sakit.
Adapun caranya disebutkan Silih adalah pertama pihak rumah sakit harus mengidentifikasi layanan-layanan yang menguntungkan di rumah sakit. Dalam hal ini pihak rumah sakit harus memfilter layanan mana yang memiliki prospek yang lebih menguntungkan dan mana yang tidak.
"Jika ada layanan yang memiliki prospek yang lebih menjanjikan dan menguntungkan serta tepat di keadaan seperti ini perlu untuk dipertahankan dan dikembangkan, begitupun dengan layanan yang tidak memiliki prospek yang menjanjikan bisa untuk dihentikan," katanya.
Silih mencontohkan untuk layanan apoteker. Sudah saatnya rumah sakit untuk menggenjot dan mendorong fasilitas yang diberikan oleh apoteker dengan menjual produk-produk minuman herbal yang banyak diincar masyarakat saat ini.
Kedua memiliki sarana promosi yang kreatif. Silih mengatakan tim rumah sakit harus mengeluarkan semua kreatifitas yang ada, bahkan dapat juga memanfaatkan media sosial yang sedang hits yang digunakan masyarakat.
"Misalnya seperti TikTok, enggak masalah pakai itu. Jangan hanya cuma sekadar informasi di poster atau himbauan saja. Bisa menggunakan TikTok yang isinya tentang edukasi cara mencuci tangan yang baik dan benar atau sejenisnya bahkan juga bisa mempromosikan jamu yang tadi," lanjut dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.