Bahkan, penanaman padi yang dulunya hanya satu kali setahun, kini bisa tiga kali karena proses pengolahan dan panen yang cepat.
“Produksi yang dicapai petani lebih tinggi, pendapatan petani pun ikut naik,” jelas Sarwo.
Sarwo juga menyebut, alsintan yang dikelola UPJA di sejumlah daerah sudah banyak yang berhasil. UPJA terbukti bisa memberikan nilai tambah kepada poktan atau gapoktan.
"Ada salah satu UPJA yang mengelola alsintan kurun dua bulan bisa mendapatkan hasil dari sewa alsintan ke petani hingga Rp 46 juta," tukasnya.
Salah seorang petani di Kabupaten Maos, Cilacap, Supendi mengatakan, dengan menggunakan alsintan, pekerjaannya jauh lebih efektif dan hemat biaya.
Baca juga: Targetkan Swasembada Pangan, Kementan Salurkan 447.047 Unit Alsintan
Menurutnya, penggunaan alsintan sangat membantu petani karena pekerjaan jauh lebih cepat dan hasil yang didapat pun meningkat.
“Awal pertama kenal alsintan itu jelas traktor. Awalnya bingung cara kerjanya gimana, ditambah harus beli solar,” katanya, Minggu (17/5/2020).
Walau begitu, dia menyebut, setelah mencoba ternyata pengoperasiannya mudah.
“Dengan waktu yang cepat serta irit tenaga kerja, pembelian solar pun jadi tidak terasa. Saya hitung-hitung, jauh lebih murah,” ungkap Supendi.
Hal serupa juga dia temui dengan alat perontok padi. Awalnya petani masih menggunakan sebilah papan seperti papan gilasan untuk mencuci baju, lalu padinya dirontokkan dengan cara digebot.
Baca juga: PDB Pertanian Naik di Triwulan I, Kementan Prediksi Kenaikan Berlanjut Hingga 2021
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.