“Dengan menggunakan mesin tanam ini, saya tidak perlu mencari banyak buruh tanam di tengah imbauan untuk physical distancing. Selain itu mempercepat tanam karena kondisi air yang semakin sulit,” katanya.
Pramono mengaku, alat ini dapat mempercepat tanam kembali pada musim kemarau (MK). Apalagi prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Pacitan akan mengalami musim kemarau yang lebih kering dari biasanya.
“Walaupun ada virus corona, bagaimana mau makan jika kami di rumah saja,” ujar Pramono.
Pramono mengatakan, dengan menggunakan rice transplanter dirinya tidak memerlukan waktu lama untuk menanam padi di lahan sawahnya yang berukuran 0,25 hektar (ha).
Setelah masuk usia tanam, bibit padi dari baki persemaian sudah disiapkan. Kemudian regu tanam mesin rice transplanter datang untuk melakukan tugas.
Baca juga: Antisipasi Musim Kemarau, Kementan Galakkan Program Pembangunan Dam Parit
“Karena baru pertama kali dan proses belajar, waktu yang banyak diperlukan saat melakukan persiapan membuat papan persemaian di lahan dengan dialasi plastik,” tuturnya.
Secara keseluruhan, diakuinya dengan mesin ini menghemat waktu dan biaya tanam yang biasa dikeluarkan jika menggunakan tanam manual oleh buruh tani.
Pramono pun berharap, operasional mesin rice transplanter perdana di Kelompok Tani Sido Makmur menjadi media belajar (demplot) untuk seluruh petani di Desa Mlati.
Dengan mengetahui cara kerja mesin tanam tersebut, sebutnya, dapat menjadi solusi mengingat ketersediaan buruh tanam yang semakin berkurang.
Baca juga: Sistem Tunda Jual Jadi Jurus Kementan Antisipasi Jatuhnya Harga Cabai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.