Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Pandemi Covid-19, Akhir dari Tren Leisure Economy?

Kompas.com - 27/05/2020, 11:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Demikian pula di Indonesia. Ketika devisa dari ekspor terhambat oleh perang dagang antara China vs Amerika Serikat, sektor wisata-lah yang diharapkan menjadi penyelamatnya. Ya, wisata diharapkan menjadi quick win untuk mengatasi membengkaknya defisit neraca berjalan (current account deficit).

Memang tak dimungkiri, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB masih di bawah ekspor. Pada tahun lalu, sumbangan sektor ini masih di kisaran 8 persen terhadap PDB, sedangkan kontribusi ekspor barang dan jasa di kisaran 21 persen.

Namun, pemerintah optimistis sektor wisata akan berkontribusi lebih banyak ke PDB jika tren leisure economy ini bisa sustain. Berangkat dari itu, kemudian digagaslah berbagai destinasi wisata unggulan yang diberi titel Bali Baru.

Hanya Perubahan yang Tidak Berubah

Tidak ada yang berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Hadirnya leisure economy berikut teknologi digital yang menyertai, telah mendisrupsi banyak hal.

Travel agent konvensional bertumbangan seiring dengan hadirnya platform digital yang memungkinkan konsumen menentukan sendiri akomodasi yang dibutuhkannya.

Sementara, perubahan konsumsi telah membuat pergeseran pilihan konsumen. Jika sebelumnya preferensi konsumen adalah membeli barang, lantas kemudian bergeser menjadi membeli experience.

Salah satu akibatnya yakni sepinya berbagai toko ritel. Sementara travel fair selalu dipenuhi pengunjung.

Hingga akhirnya datanglah wabah Corona, yang memunculkan babak yang sama sekali baru. Jika sebelumnya leisure economy “berhasil” mendisrupsi banyak hal serta membuka berbagai opportunity baru, saat ini trend itu sendiri yang terdisrupsi.

Corona pula yang menahan laju kebiasaan kelas menengah, yang sebelumnya gemar membeli experience melalui travelling dan waktu luang. Akibatnya, industri yang bergerak di sektor ini benar-benar terimbas.

Baca juga: Wisatawan Sepi, Pelaku Wisata Selam Mulai Terdampak Wabah Corona

Mengutip prediksi World Tourism Organization, industri pariwisata dunia pada tahun ini kemungkinan anjlok sebesar 58 persen hingga 78 persen dibandingkan dengan 2019. Selain itu, destinasi wisata dapat kehilangan pendapatan hingga 1 triliun dollar AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com