Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Perkembangan Pembangunan Kilang Baru Pertamina?

Kompas.com - 16/06/2020, 15:47 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menyatakan belum bisa meneruskan pembangunan kilang baru di Bontang. Padahal, kilang minyak sangat dibutuhkan Indonesia untuk bisa menekan impor minyak yang berpengaruh besar ke defisit neraca perdagangan. Keputusan tersebut diambil setelah kerja sama dengan mitra terhenti.

"Bontang sempat jalan, hanya saja partner tidak bisa lanjutkan, kita hold dulu," kata Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/6/2020).

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Lete itu menjelaskan, pihaknya akan melakukan kajian lebih lanjut mengenai supply and demand, untuk menentukan nasib pembangunan kilang.

Baca juga: Pembebasan Lahan Proyek Kilang Minyak Pertamina-Rosneft Hampir Rampung

"Ketika sudah clear baru nanti kita bicara dengan stakeholder lagi jadi lihat perkembangan selanjutnya," ujarnya.

Dengan berakhirnya kerja sama antara perusahaan migas asal Oman, Overseas Oil and Gas LLC (OOG), Pertamina akan lebih fokus ke pembangunan atau pengembangan kilang yang aktif dan pengerjaan proyek yang sudah siap dijalankan.

"Saat ini kita juga fokus ke yang sudah berjalan ini, khususnya untuk upgrading kilang-kilang eksisting," ucapnya.

Sebagai informasi, pembangunan Kilang Bontang rencananya akan memakan investasi dengan nilai sebesar 15 miliar dollar AS. Saat penandatangan kerja sama dengan OOG, kilang ini ditargetkan mampu memproduksi 300.000 barel per hari.

Baca juga: Wamen BUMN Cemaskan Rencana Pembangunan Kilang Minyak, Ini Faktanya

Kilang Cilacap

Selain itu, kerja sama Pertamina dengan Saudi Aramco di kilang Cilacap atau proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) juga tak dilanjutkan.

"Artinya mereka dengan sadar sepenuhnya mereka tidak bisa bergabung bangun kilang Cilacap ini," kata Lete.

Lebih lanjut, Kete menjelaskan, dengan mundurnya Saudi Aramco, pihaknya akan mencari partner baru dalam menggarap proyek tersebut.

"Saat ini sedang dalam proses cari partner baru, lahan sudah clear sambil coba peluang apa yg bisa kita bangun lebih dahulu sambil tunggu partner baru," ujarnya.

Dengan batalnya kerja sama antar kedua pihak, Lete menegaskan, Pertamina juga akan mempersiapkan skema bisnis kerja sama dengan calon partner baru nantinya.

Baca juga: Kekhawatiran Wamen BUMN soal Rencana Pertamina Bangun Kilang Minyak Rp 800 Triliun

"Dengan belajar dari partner Saudi Aramco atau kerja sama lainnya yang tidak lanjut," kata Lete.

Rencananya, RDMP dapat meningkatkan kapasitas kilang Cilacap dari semula 348.000 barel per hari menjadi 400.00 barel per hari. Proyek yang ditargetkan rampung pada 2022 tersebut juga akan meningkatkan kualitas hasil produksi.

"Mungkin 2022 sudah bisa beroperasi biorefinery skala kecil di sana. Lalu perbaikan kualitas untuk penuhi standar euro 5 sambil kita cari strategic partner," ucapnya.

Dikutip dari Harian Kompas, PT Pertamina (Persero) menggandeng sejumlah perusahaan badan usaha milik negara untuk mempercepat pengerjaan megaproyek pembangunan kilang.

Tingkat kandungan lokal pada proyek ini ditargetkan setidaknya 30 persen. Proyek pertama yang akan rampung adalah kilang Balikpapan di Kalimantan Timur pada 2023.

Baca juga: Pertamina Gandeng ADNOC Kembangkan Kilang Balongan

Megaproyek kilang terdiri dari proyek pengembangan kapasitas untuk empat kilang dan pembangunan dua kilang baru. Pengembangan kapasitas kilang dilakukan di kilang Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah.

Lalu Balongan, Jawa Barat. Dumai di Riau, dan Balikpapan, Kaltim. Adapun dua kilang baru dibangun di Tuban, Jawa Timur, dan di Bontang, Kaltim. Total investasinya 65 miliar dollar AS atau setara Rp 890 triliun.

"Megaproyek kilang tak cukup percepatan saja, tetapi perlu bersinergi dengan BUMN lain. Tujuannya, menaikkan tingkat kandungan lokal,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam penandatanganan nota kerja sama percepatan proyek kilang, Senin (20/1/2020), di Gresik, Jatim.

Pertamina menggandeng PT Barata Indonesia (Persero), PT Krakatau Steel (Persero), dan PT Rekayasa Industri. Barata Indonesia berperan sebagai pembuat komponen dan alat berat pada proyek kilang, sedangkan Krakatau Steel memasok kebutuhan baja. Adapun Rekaya Industri dilibatkan untuk rancang bangun proyek kilang Pertamina.

Baca juga: Kilang Jokowi Tak Terbangun, Salah Mafia Migas?

”Proyek pengembangan kapasitas kilang yang pertama selesai adalah kilang Balikpapan pada Juli 2023. Kapasitas produksi dinaikkan dari 260.000 barel per hari menjadi 360.000 barel per hari dengan mutu produk setara euro 5,” ujar Nicke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com