JAKARTA, KOMPAS.com - Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth, Ivan Jaya mengatakan, diversifikasi aset merupakan salah satu cara yang mampu menyelamatkan investor di kondisi apapun.
Ini utamanya saat pandemi virus corona atau Covid-19.
Pasalnya, pandemi Covid-19 volatilitas diperkirakan masih akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan, jika pandemi Covid-19 belum kunjung usai.
Baca juga: Mau Investasi Saat Pandemi, Pilih Reksa Dana Atau Obligasi?
Tapi, diversifikasi aset yang seperti apa?
Ivan menyarankan, investor perlu menyesuaikan alokasi aset portofolionya. Untuk investor dengan profil risiko balanced misalnya, direkomendasikan untuk sementara mengurangi porsi saham dan mengalihkannya ke obligasi.
"Tujuannya untuk menurunkan tingkat volatilitas portofolio, proporsinya adalah 25 persen reksa dana saham, 40 persen reksa dana pendapatan tetap (obligasi), dan 35 persen reksa dana pasar uang," saran Ivan dalam siaran pers, Selasa (16/6/2020).
Sementara untuk investor dengan profil risiko agresif, kata Ivan, idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60 persen reksa dana saham, 25 persen reksadana pendapatan tetap, dan 15 persen reksa dana pasar uang.
"Jangan lupa agar tetap aman, investasi dari rumah saja melalui digital. Bisa dari internet maupun mobile banking," tutur Ivan.
Baca juga: Simak, 3 Tips Aman Investasi di Tengah Virus Corona
Ivan melanjutkan, stabilitas dan ketahanan ekonomi RI lebih baik dibanding krisis tahun 1998 dan tahun 2008.
Sebagai contoh, inflasi saat ini stabil dan terjaga rendah di kisaran 3 persen, beda dengan inflasi tahun 2008 yang sebesar 12 persen maupun tahun 1998 sebesar 82 persen.
Selain itu, cadangan devisa RI jauh lebih besar sehingga dapat dijadikan amunisi untuk menjaga stabilitas rupiah.
Tercatat, cadangan devisa RI per akhir Mei pada level 130,5 miliar dollar AS. Berbeda jauh dengan cadangan tahun 2008 sebesar 50 miliar dollar AS dan tahun 1998 sebesar 17 miliar dollar AS.
Kondisi fundamental RI yang cukup baik ini, lanjut Ivan, dapat membuat investor asing kembali melirik Indonesia sebagai salah satu negara emerging market.
Baca juga: Ini 10 Keuntungan Investasi ORI017
Apalagi, pasar obligasi menawarkan tingkat imbal hasil cukup aktraktif sekitar 5,16 persen.
"Pasar saham juga akan mendapat angin segar sejak mulai dibukanya kembali ekonomi di berbagai negara karantina. Ini menandakan akan dimulainya pemulihan ekonomi dan bisa dijadikan momentum untuk berinvestasi jangka panjang," pungkas Ivan.
Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja -24,54 persen sepanjang 2020. Tapi sepanjang Mei, IHSG melanjutkan rebound dengan kenaikan tipis 0,79 persen dibanding April 2020.
Sementara itu, kinerja pasar obligasi lebih unggul dibanding pasar saham. Tercatat, Bindo Index berkinerja 1,38 persen sepanjang 2020 dan mencatatkan kenaikan 2,57 persen pada bulan Mei.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.