Penanaman padi ini nantinya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan dan juga dijual untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
“Menanam padi merupakan hal yang umum. Namun bedanya, saya menggunakan alsintan transplanter. Saat melakukan proses tanam padi, saya perlu menyiapkan bibit terlebih dahulu yang sudah siap untuk ditanam,” ujar Zulfikar.
Baca juga: Cegah Krisis Pangan, Mentan Imbau Petani Lakukan Percepatan Tanam dengan Alsintan
Langkah berikutnya, Zulfikar mengatur bibit sesuai dengan keadaan mesin transplanter dan kemudian menjalankan mesin sesuai dengan standar operasi.
Di tempat asal Zulfikar, di Desa Panaikang, Kecamatan Minasatene, profesi warganya pada umumnya adalah petani padi yang ditunjang dengan irigasi Sungai Leang Londrong.
Hal ini memungkinkan para petani dapat melakukan aktivitas penanaman sebanyak tiga kali setahun.
“Namun sekarang, petani mulai mengikuti perkembangan teknologi pertanian. Mulai dari persiapan lahan, penggarapan lahan, penanaman, panen, hingga pasca panen, menggunakan hand traktor, transplanter, dan combine harvester,” katanya.
Baca juga: Anggaran 900 Miliar Lebih, Kementan Minta Daerah Optimalkan Alsintan
Zulfikar menambahkan, menggunakan mesin transplanter sangatlah mudah. Petani pun tidak perlu waktu yang lama untuk menanam padi di sepetak sawah.
“Hanya perlu melakukan pembibitan dalam baki mesin transplanter, hingga menghasilkan gulungan bibit padi siap tanam. Selanjutnya, letakkan bibit padi di atas mesin kemudian menjalankan mesin supaya padi tertanam secara otomatis,” ujar Zulfikar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.