Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

"Air Diplomacy" dan "Ban" Uni Eropa

Kompas.com - 02/09/2020, 15:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saya tidak berminat melakukan lagi pembicaraan apapun dengan pihak UE karena persoalannya sudah sangat jelas “loud and clear” bahwa masalahnya adalah berada pada otoritas penerbangan RI. Kerja keras selesaikan masalah yang dihadapi maka pasti ban UE segera akan selesai dengan sendirinya.

Sama sekali tidak ada masalah apapun yang harus dibicarakan atau dirundingkan lagi dengan pihak UE pada masalah ban yang diberlakukan. Itu adalah langkah terakhir saya dalam menjalankan upaya penyelesaian Ban UE.

Tidak begitu jelas perkembangannya kemudian, karena saya tidak lagi melibatkan diri dalam dan atau dilibatkan pada proses tersebut. Pada kenyataannya Indonesia harus bekerja keras selama hampir 10 tahun, yang pada pertengahan tahun 2016 akhirnya berhasil menyelesaikan seluruh temuan ICAO tentang tidak comply nya RI terhadap regulasi keselamatan penerbangan internasional.

Dengan demikian maka RI masuk kembali k edalam kelompok negara kategori 1 penilaian FAA yang berarti pula telah memenuhi syarat International Aviation Safety Regulation, bahkan hasil audit ICAO terakhir menyatakan tingkat keselamatan penerbangan RI memperoleh nilai yang disebut sebagai “above global average”, di atas rata-rata dunia.

Yang sangat disayangkan dan juga tidak begitu jelas apa sebabnya adalah ban UE baru dicabut pada 2 tahun setelah itu yaitu di tahun 2018. Pada titik inilah, maka saya berkesimpulan sendiri bahwa kita memang berada dalam posisi yang harus belajar lebih banyak lagi tentang Air Diplomacy.

Belajar dari kasus Ban Uni Eropa yang sangat tidak fair, walau sebenarnya kita memiliki posisi tawar yang jauh lebih baik. Bukan masalah siapa yang salah dan siapa yang benar, tetapi kita sendiri yang mungkin saja kurang belajar hingga kurang paham, atau kurang lihai, atau mungkin juga kurang “berani”.

Fair atau adil memang tidak akan selalu identik dengan kesetaraan atau kesamaan, ada kata-kata menarik untuk ini dalam bahasa Inggris.

Equal is when everyone get the same thing, Fair is everyone getting what they need in order to be successful, we will always try to be fair but it will not always feel equal.

Itulah semua sekedar catatan saja, untuk dapat memetik lesson learned dari balada Ban UE yang tidak fair. Catatan bagi sebuah penerapan Air Diplomacy dalam percaturan air and space game di pentas global.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com