Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indef Nilai Prioritas RAPBN 2021 Salah Arah, Apa Alasannya?

Kompas.com - 10/09/2020, 16:07 WIB
Ade Miranti Karunia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior Indef Fadhil Hasan menilai, rancangan anggaran pendapatan belanja negara (RAPBN) 2021 masih salah arah. Pasalnya, anggaran banyak dialokasikan untuk pertahanan dan ketertiban keamanan.

"Kalau menurut pendapat kami, anggaran RAPBN 2021 itu masih memiliki prioritas yang salah arah. Kalau kita lihat dari 10 K/L yang memiliki anggaran terbesar. Saya kira tercermin baik dari besaran pagunya itu sendiri maupun dari peningkatannya (anggaran) itu," katanya dalam webinar virtual, Kamis (10/9/2020).

Padahal sebut dia, yang dibutuhkan adalah fokus terhadap penanganan pandemi virus corona (Covid-19). Apalagi, dia memperkirakan pandemi covid belum akan berakhir hingga 2021.

"Kemudian yang kedua adalah kenaikan dua fungsi pertahanan dan ketertiban itu belumlah tepat. Karena kondisi kita ini masih belum menunjukkan bahwa covid itu akan mereda di 2021. Jadi seharusnya ini, anggaran itu lebih banyak dialokasikan penanganan Covid-19 dibandingkan dengan fungsi pertahanan dan ketertiban itu," ujarnya.

Baca juga: Banggar DPR Mulai Bahas RAPBN 2021

Dia menyebutkan, seharusnya RAPBN 2021 lebih banyak dialokasikan untuk sektor kesehatan dan juga fiskal.

"Kalau misalkan berbagai perkiraan itu ada benarnya, Covid-19 belum ada tanda-tanda mereda, jadi seharusnya diprioritaskan terhadap kesehatan. Dan juga insentif pajak karena badan-badan usaha yang mengalami tekanan, termasuk UMKM di dalamnya," katanya.

Dia merinci, Kementerian PUPR memperoleh alokasi anggaran 2021 sebesar Rp 150 triliun. Kemudian disusul Kementerian Pertahanan sebesar Rp 137 triliun, anggaran Polri sebesar Rp 112 triliun, Kementerian Sosial Rp 92,8 triliun, Kemenkes Rp 84,3 triliun.

Selanjutnya, Kemendikbud Rp 81,5 triliun, Kementerian Agama Rp 67 triliun, Kementerian Perhubungan Rp 45,7 triliun, Kementerian Keuangan Rp 43,3 triliun, terakhir Kementerian Pertanian Rp 21,8 triliun.

"Jadi, kalau kita lihat dari angka ini, kita melihat bahwa justru anggaran terkait pertahanan dan keamanan ini jumlahnya itu naik signifikan. Dibandingkan dengan anggaran upaya-upaya kita untuk menangani pandemi Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi serta peningkatan sektor-sektor ekonomi terdampak Covid-19," katanya.

"Ini belum mencerminkan kebutuhan dan prioritas yang kita harapkan dari adanya bencana Covid-19," tambah Fadhil.

Baca juga: Di RAPBN 2021, Pemerintah Pangkas 326 Program

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com