Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Adaptasi UMKM Menuju Bisnis Daring

Kompas.com - 15/09/2020, 15:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat dan Hetty Karunia Tunjungsari

SUDAH lebih dari enam bulan lamanya sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan secara resmi oleh Presiden Jokowi pada 2 Maret 2020, hingga kini belum ada sinyal-sinyal bahwa pandemi di Indonesia telah terkendali.

Berbagai prediksi dari para ahli tentang pandemi di Indonesia yang akan mereda menjelang akhir tahun, terpatahkan dengan sendirinya.

Tak ada seorang pun yang dapat menjawab kapan kondisi ini akan menemui titik terang. Kita seperti berjalan dalam lorong panjang yang gelap tanpa tahu di mana ujungnya.

Baca juga: Ingin Dapat BLT UMKM Rp 2,4 Juta? Ini Data yang Harus Dilengkapi

Apakah ketika vaksin Sinovac dari China yang sedang diuji coba di Bandung dan memberikan hasil yang reliabel, dapat segera diproduksi dan vaksinisasi mulai dijalankan? Entahlah.

Daripada memikirkan vaksin yang belum dapat dipastikan efektifitasnya untuk mengendalikan pandemi, kehidupan harus terus dijalani.

Aspek ekonomi harus tetap diperhatikan, selain tentunya bidang kesehatan yang tetap memegang kunci pemulihan ekonomi nasional.

Kondisi UMKM

Survei LIPI mengenai UMKM pada Mei 2020 memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Dari 679 responden yang merupakan pelaku usaha, 94,69 persen mengaku usahanya mengalami penurunan penjualan.

Proporsi mereka yang biasa berjualan secara door-to-door 41 persen, toko fisik 34 persen, agen/reseller 32 persen, market place 15 persen, serta penjualan daring melalui media sosial 54 persen.

Seperti sudah bisa ditebak, penurunan penjualan terdalam yaitu lebih dari 75 persen adalah usaha yang dijalankan melalui toko fisik, yang kemudian diikuti berturut-turut oleh penjualan daring dan penjualan daring sekaligus luring (kombinasi keduanya).

Baca juga: KPPU Sebut UMKM Sulit Bersaing di E-Katalog Pemerintah

Belum lagi terkejut dengan fakta tersebut, persepsi pelaku UMKM juga begitu pesimis. Sekitar 72 persen berpikir usaha akan tutup pada November 2020 dan 85 persen berpikir akan bertahan paling lama satu tahun sejak pandemi, atau sekitar Maret 2021.

Survei pada tataran makro tersebut diperkuat dengan kondisi yang sesungguhnya pada tataran mikro, yang lebih sempit cakupannya. Sebut saja sebuah usaha batik di daerah Sukoharjo, yang mengaku tidak menghasilkan penjualan sejak April 2020.

Selain karena pandemi yang memaksa toko fisik ditutup karena tidak ada pembeli, penjualan daring melalui media sosial juga tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Tim dari Pusat Studi Kewirausahaan LPPM Universitas Tarumanagara mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi UMKM ini.

Setelah berdialog intensif dengan pemilik usaha, maka dapat dirumuskan lima hal utama permasalahan yang dihadapi, yaitu:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com