Dengan demikian, tidak perlu terlalu memusingkan apakah pasar akan naik atau turun, yang penting setiap bulan dilakukan investasi ke berbagai reksa dana yang menjadi tujuan.
Namun untuk nominalnya bisa antara 50 – 75 persen dari rencana investasi. Misalkan niatnya autodebet Rp 1 juta per bulan, maka cukup Rp 500.000 per bulan dulu, sisanya ke reksa dana pasar uang. Dana ini sebagai “dana taktis” untuk masuk ketika ada kesempatan.
Ketika ada volatilitas yang tinggi seperti IHSG sampai koreksi di atas 2 persen atau ada pengumuman suku bunga dan inflasi yang membuat harga obligasi anjlok, dana taktis ini bisa digunakan. Bisa sekaligus, bisa juga dibagi beberapa kali karena volatilitas pasar bisa berlangsung selama beberapa hari.
Untuk investor yang memang kerjaannya memantau pasar atau dibantu tenaga pemasar yang memberikan informasi kondisi pasar secara up to date dan memiliki dana investasi relatif besar, biasanya lebih memilih market timing.
Cara ini memang tidak salah, namun tingkat keberhasilan sangat tergantung pada kemampuan membaca kondisi pasar dan eksekusi strateginya.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.