Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Strategi Investasi untuk Antisipasi Resesi

Kompas.com - 21/09/2020, 14:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan membeli reksa dana berbasis saham di valuasi yang rendah, ketika harganya rebound investor berpeluang mendapatkan capital gain yang relatif tinggi.

Untuk itu, dalam melakukan investasi reksa dana, terdapat 3 strategi yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Dana Darurat dan Dana Persiapan Investasi

Tempatkan investasi minimal sejumlah 6 – 12 bulan dari kebutuhan hidup sebagai dana darurat di Reksa Dana Pasar Uang. Alternatifnya bisa juga di deposito, tabungan atau instrumen lainnya.

Kemudian untuk dana baru yang rencananya mau dimasukkan ke reksa dana saham, campuran, pendapatan tetap atau terproteksi, apabila masih menunggu “waktu” yang tepat, dapat diparkir sementara juga di Reksa Dana Pasar Uang.

Meski sama-sama di Reksa Dana Pasar Uang, sebaiknya tidak dicampur kecuali anda memiliki money management yang baik. Sebagai alternatif, anda bisa menempatkan misalkan dana darurat di Reksa Dana Pasar Uang Syariah dan dana persiapan investasi di Reksa Dana Pasar Uang Konvensional. Bisa juga dibalik.

Maksimal 50 persen dari dana darurat Anda juga dapat dipertimbangkan untuk ditempatkan di Reksa Dana Teproteksi apabila anda yakin situasi “kedaruratan” tidak akan terjadi untuk 2-3 tahun ke depan. Sebab imbal hasil dari terproteksi biasanya lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang.

2. Alokasi Aset

Karena semua jenis reksa dana memiliki plus minus, maka untuk memanfaatkan peluang sekaligus meminimalkan risiko, investasi reksa dana dapat dibagi ke beberapa jenis reksa dana yang berbeda.

Pembagian bisa dilakukan ke Reksa Dana Saham, Reksa Dana Campuran, Reksa Dana USD, Reksa Dana Pendapatan Tetap, dan Reksa Dana Terproteksi.

Pembagian diutamakan pada jenis, bukan nama. Jika anda punya 5 produk dari Manajer Investasi yang berbeda namun jenisnya sama-sama reksa dana saham maka Anda tidak melakukan diversifikasi.

Beli dari 1 manajer investasi untuk 3 jenis produk yang berbeda saja, sudah merupakan contoh diversifikasi yang baik.

Baca juga: Investasi Jangka Panjang Vs Jangka Pendek, Ini Beda dan Untung Ruginya

Tidak ada aturan baku dalam persentase alokasi yang ideal. Investor bisa melakukan menyesuaikan dengan profil risikonya. Misalkan jika agresif, maka bobot reksa dana sahamnya lebih besar. Jika konservatif, bobot reksa dana pendapatan tetapnya lebih besar.

Karena diversifikasi sangat penting, bobot ke 1 jenis reksa dana sebaiknya tidak lebih dari 70 persen. Jika tidak ada gambaran, bisa menggunakan kisaran antara 30–70 persen untuk 1 jenis reksa dana. Sebab jika terlalu kecil, maka efek diversifikasinya juga akan kurang terasa.

Kemudian untuk jumlah produk dalam 1 jenis itu kembali ke preferensi investor. Ada baiknya tidak lebih dari 5, apakah itu hanya di 1 manajer investasi atau kombinasi dari beberapa manajer investasi.

3. Investasi Berkala dan Market Timing

Ketika nama dan pilihan produk sudah siap, langkah berikutnya adalah “eksekusi”. Untuk anda yang tidak bergerak di bidang keuangan dan investasi, tidak memantau IHSG setiap hari, metode eksekusi yang ideal adalah investasi berkala.

Investor bisa melakukan investasi berkala dengan autodebet dari rekening tabungan bank setiap bulan ke reksa dana tujuannya. Bisa juga melakukan autoinvest yang sumber dananya berasal dari reksa dana pasar uang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com