Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuartal III 2020, Bank Sampoerna Raup Laba Rp 39 Miliar

Kompas.com - 23/10/2020, 17:05 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Sahabat Sampoerna masih mencatat pertumbuhan laba di tengah pandemi Covid-19. Bank Sampoerna masih membukukan laba sebesar Rp 39 miliar di kuartal III 2020.

Laba tumbuh dari Rp 24,7 miliar di kuartal III 2019. Sementara selama semester I 2020, laba bersih Bank Sampoerna Rp 30,2 miliar.

Chief Financial Officer PT Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, pertumbuhan laba ditopang oleh kinerja intermediasi.

Baca juga: Laba Bersih Unilever Turun di Kuartal III

Di kuartal III 2020, Bank Sampoerna masih mencatat pertumbuhan kredit sebesar Rp 8,42 triliun yang ditopang oleh segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

"Secara loan (tumbuh) 8-9 persen. Di mana 60 persen portofolio (kredit) benar-benar menyalurkan pembiayaan ke UMKM. Dengan itupun, kita tetap berusaha menumbuhkan funding atau likuiditas dari deposito," kata Henky dalam konferensi video, Jumat (23/10/2020).

Henky menuturkan, segmen UMKM menyumbang 60 persen dari total kredit perseroan. Kredit tersebut disalurkan untuk usaha mikro, usaha kecil dan menengah, serta industri finansial.

Penyaluran kredit ke usaha mikro mencapai Rp 4,8 triliun. Persentasenya mendominasi kredit UMKM sebesar 57 persen. Kemudian diikuti oleh kredit usaha kecil dan menengah sebesar Rp 2 triliun (24 persen), dan kredit ke industri finansial sebesar Rp 1,6 triliun (19 persen).

Kredit di segmen institusi finansial biasanya disalurkan ke industri multifinance sekitar Rp 900 miliar, koperasi & grameen sekitar 500 miliar, dan ke fintech sekitar Rp 300 miliar.

"SME kita salurkan di kisaran Rp 3-5 miliar, institusi finansial di kisaran Rp 50 miliar atau Rp 100 miliar. Tapi (dibanding institusi finansial), kebanyakan disalurkan ke beberapa koperasi dan multifinance, yang notabene-nya mereka menyalurkan lagi ke UMKM," sebut Henky.

Kendati demikian, Henky mengaku penyaluran di masa pandemi Covid-19 lebih ketat. Hal itu terbukti dari pertumbuhan kredit 8-9 persen dari tahun-tahun sebelumnya yang kerap dobel digit.

Pihaknya pun tengah memperbaiki kualitas aset dan memupuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) lantaran adanya kebijakan restrukturisasi kredit perbankan. Kini rasio CKPN terhadap kredit macet (CKPN/NPL) telah mencapai 129,7 persen.

Sementara sejumlah rasio keuangan perseroan juga masih dijaga, loan to deposit ratio berada pada level 86,8 persen, return of asset 0,7 persen, dan capital adequacy ratio  (CAR)18,3 persen.

"Kita berusaha untuk prudent. (Pembentukan) CKPN kita pun juga konservatif selama beberapa tahun terakhir. Cost of Credit membaik jadi 2,5 persen dari akhir 2019 sebesar 4,2 persen dan NPL gross sekarang 2,9 persen dari 4,3 persen," pungkas Henky.

Baca juga: Di Tengah Pandemi, Laba BTN Tembus 39 Persen Capai Rp 1,12 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com