Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkuat Biaya Pencadangan, Laba BCA Turun 4,2 Persen

Kompas.com - 26/10/2020, 16:34 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk mencatatkan penurunan laba sebesar 4,2 persen menjadi Rp 20 triliun hingga kuartal III-2020. Pada tahun lalu di periode yang sama, laba mencapai Rp 20,9 triliun.

Presiden Direktur Jahja Setiaatmadja mengatakan, penurunan laba disebabkan oleh meningkatnya biaya pencadangan di tengah pandemi Covid-19.

Tercatat, BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp 9,1 triliun, meningkat Rp 5,6 triliun atau 160,6 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan risiko penurunan kualitas kredit.

"Secara keseluruhan, laba bersih turun Rp 886 miliar atau 4,2 persen (yoy) menjadi Rp 20 triliun," kata Jahja dalam konferensi video paparan kinerja kuartal III-2020 BCA secara virtual, Senin (26/10/2020).

Kendati demikian, BCA masih mencatat sebelum provisi dan pajak (PPOP) yang ditopang oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan (CASA), penurunan biaya dana (CoF), dan penurunan biaya operasional. PPOP meningkat 13,5 persen secara tahunan menjadi Rp 33,8 triliun.

Dari sisi kredit, Jahja mengakui permintaan masih dalam proses pemulihan. Oleh karena itu, BCA juga mencatat penurunan kredit sebesar 0,6 persen secara tahunan menjadi Rp 581,9 triliun.

Baca juga: Curhat Lo Kheng Hong Soal Istri yang Dominan dalam Keuangan Keluarga

Pertumbuhan kredit korporasi tercatat menopang penyaluran kredit BCA di tengah pandemi Covid-19. Kredit korporasi tercatat sebesar Rp 252,0 triliun, meningkat 8,6 persen yoy, sementara kredit komersial dan UKM turun 4,9 persen secara tahunan menjadi Rp 182,7 triliun.

Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,1 persen (yoy) menjadi Rp 89,3 triliun dan KKB turun 19,3 persen (yoy) menjadi Rp 38,6 triliun. Sementara itu, saldo outstanding kartu kredit turun 18,5 persen (yoy) menjadi Rp 10,9 triliun.

"Secara keseluruhan, total portofolio kredit konsumer turun 9,4 persen (yoy) menjadi Rp 141,7 triliun," ucapnya.

Aset tembus seribu triliun

Lebih lanjut Jahja menuturkan, BCA mencatat pertumbuhan CASA sebesar 16,1 persen (yoy) mencapai Rp 596,6 triliun. CASA menghasilkan pertumbuhan DPK sebesar 14,3 persen (yoy) menjadi Rp 780,7 triliun.

Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 8,8 persen (yoy) mencapai Rp 184,1 triliun. Pertumbuhan DPK bahkan membuat aset BCA tembus Rp 1.000 triliun, atau tepatnya Rp 1.003,6 triliun. Aset ini meningkat 12,3 persen (yoy).

Lalu, BCA masih membukukan rasio keuangan yang masih kokoh, rasio CAR sebesar 24,7 persen, rasio LDR yang sehat sebesar 69,6 persen, rasio kredit macet (NPL) di level 1,9 persen dibanding 1,6 persen (yoy) tahun 2019, rasio ROA sebesar 3,4 persen, dan ROE 16,9 persen.

"BCA akan terus berinovasi menyiapkan berbagai inisiatif untuk mendukung kebutuhan nasabah terkini," pungkas Jahja.

Baca juga: Bank Mandiri: 10-11 Persen Debitur Restrukturisasi Kredit Tak Mampu Bangkit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com