Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Joe Biden, IHSG Rawan Aksi Ambil Untung Minggu Depan

Kompas.com - 08/11/2020, 13:04 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi rawan mengalami aksi profit taking minggu depan menyusul potensi kemenangan Joe Biden menjadi Presiden AS pasca Donald Trump.

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee memproyeksi, aksi profit taking terjadi karena pasar saham mengalami banyak kenaikan pada minggu lalu.

"Sangat rawan mengalami aksi profit taking. Resistance IHSG di level 5,381 sampai 5,500 dan Support di level 5,246 sampai 5,161," kata Hans dalam risetnya, Minggu (8/11/2020).

Baca juga: Faktor Biden Dongkrak Harga Emas Dunia Sentuh Level Tertinggi 6 Pekan

Hans menuturkan, aksi profit taking (ambil untung) juga mungkin saja terjadi karena adanya potensi sengketa politik di AS. Hal ini tidak lepas dari metode pemilihan umum yang dilakukan, dimana di ijinkannya penggunaan pos untuk mengirim surat suara.

Pendukung Demokrat (Joe Biden) lebih taat protokol kesehatan sehingga banyak megirim surat suara via pos, sedangkan pendukung Republik (Donald Trump) banyak datang ke tempat pengambilan suara.

"Karena itu diawal perhitungan di beberapa Negara bagian yang mengalami pertarungan berat. Belum lagi di Negara bagian yang sangat ketat ini selisih suara kedua partai cukup ketat sehingga menimbulkan risiko diperdebatkan," ucap Hans.

Adapun saat ini, Trump telah mengajukan gugatan hukum di beberapa Negara bagian penting yang menentukan perhitungan suara, sehingga menaikan ketidakpastian pasar.

Baca juga: Jeff Bezos Jual Saham Amazon Senilai Rp 43,8 Triliun, Buat Apa?

"Pemilu yang berakhir di pengadilan dikhawatirkan akan membuat pelaku pasar melakukan aksi ambil untung," papar Hans.

Sementara dari sisi internal, hasil pemilu AS membuat mata uang yang paling volatile termasuk rupiah menguat. Potensi dana asing akan kembali masuk ke emerging market, salah satunya Indonesia.

Obligasi Pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatkan sentimen positif karena nilai tukar Rupiah yang dianggap undervalued, biaya lindung nilai yang relatif rendah, dan Yield US Treasury masih akan tetap rendah.

Namun, pelaku pasar juga mencermati kenaikan kasus Covid-19. Peningkatan kasus telah memaksa beberapa Negara melakukan penguncian kembali dan cenderung menghalangi tren pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.

"Penguncian ekonomi akibat pendemi berpotensi menurunkan aktivitas ekonomi dan berpotensi mendorong pasar saham terkoreksi," pungkas Hans.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com