Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri Usulkan Bansos Covid-19 Disalurkan dalam Bentuk Uang Tunai, Ini Alasannya

Kompas.com - 07/12/2020, 14:32 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Faisal Basri mengusulkan kepada pemerintah agar penyaluran bantuan sosial (bansos) terhadap keluarga yang terdampak pandemi Covid-19 diubah menjadi uang tunai.

Hal tersebut untuk menghindari korupsi penyaluran bansos yang selama ini melalui pengadaan paket sembako.

Untuk membantu penduduk terdampak Covid-19 yang paling rentan, pemerintah menyalurkan paket sembako senilai Rp 43,6 triliun.

Baca juga: Jadi Tersangka Korupsi Bansos, Berapa Gaji Menteri Juliari Batubara?

Ada lagi pos logistik atau sembako senilai Rp 25 triliun.

"Jadi, setidaknya bantuan berupa nontunai senilai Rp 68,6 triliun. Dana hampir Rp 70 triliun itu bisa lebih tepat sasaran jika dikonversi dalam bentuk uang tunai," kata Faisal, dikutip dari website faisalbasri.com, Senin (8/12/2020).

Menurut Faisal, ada berbagai alasan mengapa pemerintah harus memberikan bantuan langsung tunai (BLT).

Pertama, kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda.

"Penerima lainnya lebih leluasa memilih barang yang hendak dibelinya sesuai kebutuhan. Keleluasaan memilih sirna karena isi paket sembako sama untuk seluruh penerima bantuan. Menurut teori mikroekonomi, pilihan yang lebih banyak akan memberikan kepuasan lebih tinggi ketimpang bantuan barang," ujar Faisal.

Baca juga: [POPULER MONEY] Jenis Bansos Warga Miskin di Kasus Korupsi Mensos | Susi Sindir Balik Adik Prabowo

Lebih lanjut, Faisal berpendapat, penyaluran uang tunai bisa dimanfaatkan penerimanya untuk menggerakan pasar tradisional rakyat serta UMKM sehingga perputaran uang di kalangan pengusaha kecil, mikro, dan ultra-mikro bertambah secara signifikan.

"Menambah panjang nafas mereka yang sudah tersengal-sengal diterpa wabah pandemik Covid-19. Maslahat yang diterima mereka lebih merata ketimbang lewat pengadaan terpusat," kata dia.

Ketiga, pengadaan sembako yang terpusat membutuhkan ongkos tambahan, seperti untuk transportasi, pengemasan, petugas yang terlibat, serta beragam biaya administrasi serta pelaporan.

Akibatnya, penerima tidak memperoleh penuh haknya, tidak sebanyak dana yang dialokasikan.

"Semoga pemerintah segera mengoreksi mekanisme pemberian bantuan," harap Faisal.

Seperti diketahui, Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara yang kini telah menjadi tahanan lembaga antirasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersandung dugaan kasus korupsi penyaluran bansos Covid-19.

Baca juga: Erick Thohir: Vaksin Covid-19 yang Tiba merupakan Kerjasama antar-Lembaga Pemerintah

Juliari diduga menerima uang suap dalam proyek pengadaan bansos Covid-19 sebesar Rp 17 miliar.

Uang tersebut diberikan oleh perusahaan rekanan yang menggarap proyek pengadaan dan penyaluran bansos Covid-19.

Ia disangkakan Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang (UU) Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com