Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan Jamin Kestabilan Pasokan dan Harga Kedelai dengan 3 Cara Ini

Kompas.com - 07/01/2021, 20:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, pihaknya berupaya menjaga kestabilan pasokan dan harga kedelai di pasaran.

Setidaknya, ada tiga agenda yang akan dilakukan Kementan.

Pertama, agenda SOS atau tanggap darurat.

Baca juga: Pedagang Nilai Langkanya Tahu dan Tempe karena Minimnya Pengawasan Pemerintah

Dalam 100 hari, Kementan melakukan gerakan operasi pasar untuk stabilisasi harga kedelai menjadi Rp 8.500 per kilogram.

Sebelumnya, harga kedelai mencapai Rp 9.300- Rp 9.600 per kilogram.

Gerakan stabilisasi tersebut berdasarkan kesepakatan bersama antara Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) dan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo).

"Dengan hal ini sehingga ada keseragaman (harga), minimal pasokan kedelai tidak terganggu. Kami berharap 100 hari kondisi (harga kedelai) bisa dinormalkan," kata Syahrul di wilayah produksi tahu-tempe Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021).

Kedua, agenda temporary system yakni dalam 200 hari ke depan meningkatkan produktivitas kedelai lokal.

Baca juga: Stabilkan Harga dan Pasokan, Kini Kedelai Dijual Rp 8.500 per Kg

Targetnya untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor.

Syahrul menjelaskan, pada agenda ini, dalam 100 hari pertama Kementan akan melakukan persiapan untuk perluasan penanam kedelai, terutama menyiapkan bibitnya.

Maka di 100 hari selanjutnya penanaman pun dilakukan.

"Jadi 200 hari kedepan, akan dilakukan lonjakan produktivitas (kedelai lokal)," kata dia.

Agenda ketiga yaitu permanent system, di mana dalam jangka panjang mendorong Indonesia bisa menyuplai kebutuhan kedelai dalam negeri dari produksi lokal.

Baca juga: Sederet Negara yang Jadi Pemasok Kedelai Impor Terbanyak ke Indonesia

Sehingga pasokan dan harga kedelai pun tak akan terpengaruh pasar global.

"Produksi akan ditingkatkan karena kedelai kita itu pada dasarnya sangat bagus untuk tempe dan tahu," ujar Syahrul.

Seperti diketahui, sebagian besar pasokan kedelai dalam negeri masih berasal dari impor.

Alhasil, kenaikan harga yang terjadi pasar global turut mempengaruhi harga di dalam negeri.

Saat ini, kontribusi kedelai lokal masih sangat rendah.

Baca juga: Kala Jokowi Janji Setop Impor Kedelai dan Realitasnya Kini

Rata-rata kebutuhan kedelai di Indonesia sebanyak 2,8 juta ton per tahun, tetapi produksi kedelai lokal hanya berkisar 800.000 ton per tahun.

Mahalnya kedelai yang merupakan bahan baku tahu dan tempe pun sempat dikeluhkan perajin.

Mereka melakukan mogok produksi pada 1-3 Januari 2021 yang berakibat pada kelangkaan tahu dan tempe di pasaran.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+