Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mengadopsi Kendaraan Listrik, Belajarlah dari India

Kompas.com - 09/02/2021, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat

PEMERINTAH berambisi menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan kendaraan listrik dunia dari hulu hingga ke hilir. Indonesia menjadi pemain utama, bukan hanya sebagai pasar.

Ambisi itu bukan tanpa alasan. Indonesia memiliki modal sumber daya alam yang cukup untuk mengembangkan baterai yang merupakan 60 persen dari komponen produksi kendaraan listrik, yaitu cobalt, mangan, tembaga, lithium dan nikel. Indonesia bahkan memiliki 25 persen dari cadangan nikel dunia.

Memang tidak cuma sumber daya alam dan infrastruktur yang menjadi jaminan. Terpenting adalah ekosistem kendaraan listrik.

Maka, pemerintah pun telah menetapkan seperangkat peraturan terkait kendaraan listrik, baik dari sisi infrastruktur, perpajakan, insentif bagi konsumen dan tentu saja investor. Harapannya tentu keinginan menjadi pemain utama kendaraan listrik bisa menjadi kenyataan.

Baca juga: Gandeng PLN, Medco Ikut Terjun di Industri Kendaraan Listrik

Pemerintah menargetkan tahun 2021 ini terjual 125.000 unit mobil listrik dan 1,34 juta unit motor listrik, sebagaimana dikutip Tabloid Kontan (1-7 Februari 2021).

Selanjutnya, pada 2025 diharapkan telah terjual 400.000 unit mobil listrik dan meningkat menjadi 5,7 juta unit pada 2025.

Investor asing terkait kendaraan listrik juga telah menunjukkan ketertarikan untuk berinvestasi.

Investor China dan Korea Selatan telah menunjukkan komitmen investasi. Tesla dari Amerika Serikat pun dikabarkan akan menyusul.

Selain karena ketersediaan sumber daya alam, pasar Indonesia juga menggiurkan. Di kendaraan konvensional roda empat, Indonesia memang bukan pasar terbesar di Asia Tenggara, tetapi rasio kepemilikan kendaraan masih rendah yaitu 87 per seribu penduduk. Jauh di bawah Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Padahal penduduk Indonesia per September 2020 mencapai 270,2 juta jiwa. Masih sangat terbuka peluang untuk berkembang.

Untuk kendaraan konvensional roda dua, Indonesia adalah pasar ketiga terbesar di Asia, setelah Thailand dan Vietnam. Pasar ini pun masih sangat mungkin untuk dikembangkan.

Terlepas dari berbagai persiapan, harapan dan implementasi yang telah dijalankan, Indonesia tidak sendiri.

Beberapa negara juga sedang bersiap mengembangkan industri kendaraan listrik dan membangun ekosistemnya. India salah satunya.

India bisa menjadi cerminan bagi Indonesia. Pasar otomotif terbesar kelima dunia dengan penjualan rata-rata sebanyak 3 juta unit per tahun ini memiliki karakteristik yang mirip dengan pasar Indonesia.

Baca juga: Holding BUMN Baterai Listrik Akan Terbentuk Semester Pertama 2021

Perekonomian India tidak lebih baik dari Indonesia. Konsumen India dikenal sangat sensitif terhadap harga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com