Inosensius mengatakan, berdasarkan pernyataan tokoh adat setempat, menenun itu adalah suatu mata pencaharian yang tidak pernah berakar pada tradisi kehidupan orang di pegunungan, yang semuanya mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan mengerjakan ladang, atau menanam tanaman umur panjang.
"Hukum adat yang tidak tertulis itu mesti tetap dihormati dan dipatuhi. Sebab ada dampaknya jika ada yang melanggar, yang mana nantinya seniman akan mengalami sakit-sakitan," tulis Kompasianer Inosensius Sigaze. (Baca selengkapnya)
3. Lingkaran Kudeta Elite di Asia Tenggara Masa Lampau
Kompasianer Christoper Reinhart dalam tulisannya berjudul Lingkaran Kudeta Elite di Asia Tenggara Masa Lampau di Kompasiana, Rabu (17/3/2020), kegaduhan seputar perebutan kekuasaan di Indonesia maupun Myanmar sudah menjadi model yang seringkali terjadi di Asia Tenggara sejak masa pramodern.
Lebih jauh lagi, dikatakannya, hal seperti itu sudah bisa ditilik sejak masa transisi dari periode klasik ke periode Islam melalui perebutan kekuasaan pada masa akhir Majapahit
Menurutnya, Indonesia sendiri telah mengalami berbagai perebutan kekuasaan dan kudeta di seputar elite ini. Ketika pergerakan kebangsaan muncul pada awal abad ke-20 dan akhirnya berhasil menjadi pengganti dari golongan kolonial Eropa dan Jepang sebagai administrator negara, kita sekali lagi menyaksikan pola kekuasaan sentralistik.
"Dengan demikian, kita dapat sekali lagi bertanya, apakah akan ada perubahan mendasar yang terjadi di dalam tubuh Partai Demokrat atau entitas-entitas politik lain ketika perebutan kekuasaan atau kudeta itu selalu terjadi di dalam lingkaran elite?" tulisnya. (Baca selengkapnya) (IBS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.