Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UMKM Sarang Walet Keluhkan Sulitnya Ekspor ke China, Ini Kata Kementan

Kompas.com - 27/05/2021, 11:54 WIB
Hamzah Arfah,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Asosiasi Peternak Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPSWI) mengeluhkan sulitnya UMKM untuk menembus pasar ekspor China.

"Kami para peternak dan pedagang sarang walet Indonesia, selama ini merasa kesulitan melakukan ekspor ke China dikarenakan terhalang oleh perjanjian impor protokol," ujar Ketua APPWSI Wahyudin Husein di Gresik, Rabu (26/5/2021).

Hal itu disampaikan Wahyudin kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah bersama Kepala Badan Karantina Pertanian Bambang, saat berkunjung ke rumah sarang walet dan pencucian sarang wallet di Desa Golokan, Kecamatan Sidayu, Gresik.

Baca juga: Mendag Sebut China Bakal Beli Sarang Burung Walet Indonesia Rp 16 Triliun

Ia mengatakan, kehadiran Dirjen PKH ini merupakan respons atas keluhan para anggota APPWSI yang masih kesulitan melakukan ekspor sarang walet secara langsung ke China.

Wahyudin berharap, pemerintah dapat membantu mencari solusi agar nantinya para peternak dan pedagang sarang walet Indonesia dapat dengan mudah mengekspor ke China yang merupakan konsumen terbesar sarang walet di dunia.

"Untuk yang bisa direct ekspor ke China itu 260 ton per tahun. Padahal di luar China, itu sampai 1.200 ton. Ini kan sayang sebab harganya jauh di bawah bila dapat langsung menembus pasaran China," ucap dia.

Wahyudin menyebut, perbedaan harga tersebut bisa sampai empat kali lipat, bila dapat langsung menjual ke pasaran China. Namun itu tidak dapat dilakukan oleh semua pengusaha sarang burung walet, apalagi yang skala kecil lantaran terbentur impor protokol.

Dia menilai, perjanjian impor protokol tersebut tidak adil, karena hanya bisa dipenuhi oleh para pelaku bisnis sarang walet berskala besar saja. Sementara para peternak dan pedagang sarang walet yang kategorinya masuk dalam UMKM, kesulitan jika harus dituntut untuk memenuhi perjanjian tersebut karena biayanya cukup tinggi.

“Atas dasar itu, APPWSI mempelopori untuk mendobrak peraturan itu agar ada kemudahan. Sehingga para peternak dan pedagang sarang walet yang kelasnya UMKM, juga bisa melakukan ekspor sarang walet dengan mudah ke China,” kata Wahyudin.

APPWSI menginginkan peraturan mengenai perjanjian impor protokol tersebut direvisi, dengan peraturan sebelumnya yang cukup memberatkan harus disederhanakan untuk mendukung para pengusaha yang tergolong UMKM.

Menanggapi keluhan tersebut, Nasrullah mengatakan bahwa hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pihaknya dan berjanji untuk membantu peternak dan pedagang sarang walet kelas UMKM agar juga bisa menembus pasar China secara langsung tanpa aturan yang dirasa memberatkan.

Baca juga: China Mau Impor Sarang Burung Walet dari RI, Ini Permintaan Para Petani

Dia mengatakan, budidaya sarang walet masih sangat menjanjikan. Untuk itu, pihaknya akan segera memberikan masukan kepada pemerintah mengenai cara bantuan kepada para pengusaha sarang walet skala kecil dan UMKM ini.

"Kami berencana mengembangkan secara masif, dengan membuat program 1.000 desa walet. Karena itu, kami butuh sebuah blue print supaya kami mengerti semua permasalahan yang ada. Sehingga nantinya tidak lagi ada hambatan, dan sesuai dengan yang diharapkan. Intinya tidak boleh ada hambatan,” tutur Nasrullah.

Nasrullah menambahkan, sarang walet merasa perlu untuk dikembangkan secara masif, mengingat produk ini sudah sempat menjadi penyumbang devisa cukup besar bagi negara. Pemerintah dikatakan oleh Nasrullah, juga tengah membangkitkan gairah UMKM di daerah agar segera bangkit usai terimbas pandemi Covid-19.

Sementara Kepala Badan Karantina Pertanian Bambang menambahkan, sarang walet merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga bersama. Jangan sampai Indonesia yang merupakan salah satu penghasil terbesar sarang walet, tidak mampu bersaing dengan negara tetangga.

“Pemerintah betul-betul memberikan apresiasi sebesar-besarnya, dan akan mendorong bagi berkembangnya usaha sarang walet di Indonesia,” ucap Bambang.

Sejauh ini, produk sarang walet Indonesia terutama dengan skala kecil dan UMKM baru bisa masuk ke pasaran China setelah dibeli oleh pihak atau investor dari negara lain, baru kemudian dijual ke China dengan harga berbeda yang jauh lebih mahal dan tentu saja atas nama mereka.

Baca juga: Selain Sarang Walet, Porang Juga Jadi Incaran di Pasar Global

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com