Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksinasi Berbayar Dinilai Tak Pengaruhi Harga Saham Kimia Farma

Kompas.com - 12/07/2021, 15:55 WIB
Ade Miranti Karunia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana pemerintah yang memberikan izin bagi PT Kimia Farma (Persero) Tbk menjalankan vaksinasi berbayar atau gotong royong dinilai tak mempengaruhi harga saham KAEF.

"Saya rasa kecil pengaruhnya (ke harga saham Kimia Farma), enggak akan terlalu berpengaruh," ujar Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan, nya kepada Kompas.com, Senin (12/7/2021).

Ia menilai, vaksinasi gotong royong berbayar tidak akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan farmasi pelat merah ini, lantaran, dari segi pendapatannya saja telah mengantongi keuntungan yang besar.

Baca juga: Kimia Farma Tunda Vaksinasi Berbayar

 

Berdasarkan data RTI, pada penutupan perdagangan hari ini, harga saham KAEF naik 390 poin atau 12,3 persen menjadi Rp 3.540.

Nilai transaksi perdagangan saham berkode KAEF hari ini mencapai Rp 204,53 miliar dari 59,01 juta lembar saham yang diperjualbelikan. Kapitalisasi pasar yang diperoleh Rp 19,66 triliun. "Pendapatan KAEF sudah cukup tebal dari bisnis-bisnis lainnya," kata dia.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kimia Farma meraup laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk sebesar Rp 17,63 miliar pada 2020.

Sementara setahun sebelumnya atau di 2019, Kimia Farma mengalami kerugian sebesar Rp 12,72 miliar.

KAEF juga mencetak hasil penjualan neto yang meningkat 6,38 persen (yoy) menjadi Rp 10 triliun pada tahun 2020.

Di tahun 2019, KAEF membukukan penjualan neto senilai Rp 9,40 triliun. KAEF memperoleh penjualan hasil produksi entitas sebesar Rp 3,65 triliun pada tahun lalu.

Angka ini terdiri atas penjualan obat generik sebesar Rp 2 triliun, obat ethical, lisensi, dan narkotika sebesar Rp 697,82 miliar, obat over the counter (OTC) dan kosmetik sebesar Rp 592,34 miliar, bahan baku sebesar Rp 311 miliar, serta Pil KB, alat kesehatan, dan lain-lain sebesar Rp 49,05 miliar.

Baca juga: Mengenal Sinopharm, Vaksin Gotong Royong Berbayar di Kimia Farma

 

Sementara, penjualan KAEF dari hasil produksi pihak ketiga berjumlah sebesar Rp 6,34 triliun pada tahun lalu.

Pada akhir 2020, KAEF memiliki total aset senilai Rp 17,56 triliun atau turun 4,30 persen (yoy) dibandingkan total aset perusahaan di tahun sebelumnya sebesar Rp 18,35 triliun.

KAEF memiliki total liabilitas sebesar Rp 10,45 triliun pada tahun 2020 sedangkan ekuitas perusahaan ini berjumlah Rp 7,10 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com