JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia menilai bisnis makanan halal (halal food) menjadi peluang bisnis di tengah pandemi Covid-19 yang cukup menjanjikan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan Hari Widodo mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia sejauh ini belum menggarap potensi ini secara maksimal.
“Saat ini, Indonesia memang menjadi pusat Industri halal, tapi dalam posisi sebagai konsumen. Justru negara nonmuslim masih menjadi penyuplai utama,” kata Hari di Palembang, dikutip dari Antara, Minggu (25/7/2021).
Baca juga: Berikut Biaya Sertifikat Halal dan Cara Mendapatkannya
Peringkat pertama eksportir produk halal yakni Brazil, dengan 16,2 miliar dolar AS, diikuti India dengan nilai ekspor 14,4 miliar dolar AS.
Selain itu, Indonesia juga menjadi konsumen produk halal peringkat pertama sebesar 114 miliar dolar AS.
Untuk memperluas halal food ini, kata Hari, para pemangku kepentingan perlu menelisik potensi ini dari sisi hulu hingga hilir.
Saat ini, makanan halal telah menjadi kebutuhan masyarakat, bahkan telah menjadi gaya hidup masyarakat dunia.
Tak hanya penduduk muslim, masyarakat nonmuslim pun telah menjadi konsumen industri makanan halal.
Baca juga: Gelar Kongres Halal Internasional 2022, Babel Siapkan 6 Sektor Unggulan
Di mata global, makanan halal dianggap memenuhi standar mutu, kebersihan, dan keamanan.
Konsumsi produk halal per tahun juga terus mengalami lonjakan lantaran populasi masyarakat bertambah dan pendapatan domestik produk atau PDB kian tumbuh.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.