Padahal beberapa saham memiliki kapitalisasi hingga ratusan triliun seperti EMTK, ARTO dan DCII. Kemudian transaksi sahamnya juga sangat aktif, mencapai ratusan milliar sehari sehingga masuk dalam kriteria likuid.
Harga sahamnya juga sudah naik puluhan hingga ratusan persen sejak awal tahun. Kenaikannya begitu tinggi, membuat metode valuasi konvensional seperti Price Earning Ratio (PER) atau Price Book Value (PBV) sudah tidak relevan lagi. Kenaikan ini lebih banyak didorong faktor sentimen “hype” di sektor teknologi.
Berbanding terbalik, saham dengan bobot yang besar pada IDX-30 seperti BBRI, BBCA, BBNI, BMRI, ASII, UNVR malah turun sejak awal tahun. Bahkan penurunannya cukup besar dari belasan hingga puluhan persen. Padahal secara umum, kinerja laporan keuangan membaik di tahun 2021.
Absennya saham teknologi inilah yang menyebabkan kinerja IDX-30 di bawah IHSG dari awal tahun hingga Juli 2021 ini.
Baca juga: Ungguli BNI dan BSI, Market Cap Bank Jago Dekati Bank Mandiri
Apakah Manajer Investasi dapat mempengaruhi penentuan indeks?
Ketentuan saham yang masuk dan keluar, sepenuhnya merupakan kewenangan dari Bursa Efek Indonesia. Manajer Investasi yang menggunakan indeks acuan sebagai dasar dari produk ETF dan reksa dana indeks tidak memiliki kuasa atau hak suara atas penentuan tersebut.
Biasanya Bursa Efek Indonesia mengumumkan 4-5 hari kerja sebelumnya sehingga Manajer Investasi dapat bersiap-siap melakukan penyesuaian.
Penyesuaian akan indeks, biasanya dilakukan pada 1 hari sebelum indeks berlaku. Namun jika dana kelolaan besar dan saham yang harus dijual banyak, penyesuaian dapat berlangsung selama beberapa hari walaupun amat jarang.
Baca juga: Harga Sahamnya Meroket Ribuan Persen, Ini Profil DCI Indonesia
Bagaimana dengan prospek kinerja Agustus 2021–Januari 2022?
Sebagaimana diketahui, bahwa untuk IDX-30 yang berlaku di Agustus hingga Januari tahun depan, masih tidak ada sektor teknologi atau terkait teknologi.
Sektor Keuangan yang didominasi saham Bank Big 4 dan telekomunikasi masih menjadi yang dominan. Perbedaannya adalah bobot saham komoditas atau bahan baku bertambah baik dari bobot maupun sahamnya.
Jika hype sektor teknologi masih berlanjut, maka kemungkinan kinerja IDX-30 masih akan di bawah IHSG untuk periode ini.
Namun jika sentimen berbalik di mana ketika valuasi sektor teknologi sudah terlalu tinggi dan vaksinasi berjalan baik sehingga perekonomian kembali dibuka secara bertahap hingga akhir tahun sehingga investor beralih ke saham dengan valuasi yang lebih murah, IDX-30 berpotensi mengejar.
Peluang IDX-30 mengejar IHSG di periode yang akan datang adalah 50:50, ada baiknya investor melakukan diversifikasi dengan berinvestasi pada IDX-30 dan reksa dana saham yang dikelola secara aktif untuk memanfaatkan peluang yang ada di masa mendatang.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.