Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendapatan Merosot, Ini Strategi Garuda Indonesia Maksimalkan Kinerja hingga Akhir Tahun

Kompas.com - 31/08/2021, 16:52 WIB
Rully R. Ramli,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pelebaran rugi bersih pada semester I-2021, menjadi 898,6 juta dollar AS atau setara Rp 12,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per dollar AS).

Ini selaras dengan merosotnya pendapatan maskapai pelat merah itu.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, penurunan pendapatan itu tidak terlepas dari pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat, seiring dengan meningkatnya angka penyebaran Covid-19.

Baca juga: Kerugian Garuda Indonesia Tembus Rp 13 Triliun pada Semester I-2021

Hal tersebut terefleksi dengan anjloknya pendapatan perusahaan dari penerbangan berjadwal, dari 750,2 juta dollar AS atau setara Rp 10,8 triliun pada semester I-2020, menjadi 556,5 juta dollar AS atau setara Rp 8,01 triliun pada semester I tahun ini.

"Tidak dapat dipungkiri bahwa pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat seiring melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air telah berdampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha jasa transportasi udara, tidak terkecuali bagi kami di Garuda Indonesia yang secara bisnis fundamental mengandalkan mobilitas masyarakat," tutur Irfan, dalam keterangannnya, Selasa (31/8/2021).

Namun, pada periode Januari-Juni 2021, Garuda Indonesia mencatatkan pertumbuhan pendapatan penerbangan tidak berjadwal sebesar 93,2 persen secara tahunan, dari 21,54 juta dollar AS atau setara Rp 353,3 miliar menjadi 41,63 juta dollar AS atau setara Rp 599,4 miliar.

"Dengan adanya kenaikan tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan potensi pangsa pasar charter, baik untuk layanan penumpang maupun kargo," kata Irfan.

Baca juga: Garuda Indonesia Uji Coba IATA Travel Pass Mulai 30 Agustus 2021

Khusus untuk angkutan logistik, Garuda Indonesia telah mencatat adanya tren kenaikan jumlah kargo yang diangkut di setiap penerbangan sepanjang semester I-2021.

Perusahaan dengan kode emiten GIAA itu mencatatkan jumlah angkutan kargo sebesar 152.300 ton, tumbuh sebesar 37,56 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 sebesar 110.715 ton.

Di tengah masih belum pulihnya kinerja bisnis penerbangan nasional imbas menurunnya permintaan terhadap penerbangan angkutan penumpang, Garuda Indonesia terus melakukan berbagai langkah strategis guna meningkatkan pendapatan usaha lain.

Langkah tersebut salah satunya melalui optimalisasi ancillary revenue, di mana perseroan secara aktif menjalin kemitraan dengan berbagai pihak eksternal dalam rangka memaksimalkan potensi pendapatan di luar core business perseroan untuk pengangkutan penumpang.

Baca juga: Garuda Indonesia Pangkas Jumlah Pegawai, 1.691 Karyawan Pensiun Dini

"Baik melalui kemitraan bersama sektor retail, industrial, maupun kolaborasi strategis bersama ekosistem penunjang sektor logistik nasional," ucap Irfan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com