Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

89 Persen Pendaftar Kartu Prakerja adalah Pengangguran

Kompas.com - 17/09/2021, 13:35 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama 1,5 tahun berjalan, program Kartu Prakerja telah memberikan dampak signifikan di tengah situasi sulit akibat pandemi.

Sejak gelombang 1 dibuka pada 11 April 2020 hingga pengumuman penerima gelombang 20, program ini sudah menjangkau 10,6 juta penerima manfaat.

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari menuturkan, berdasarkan data mereka, 89 persen penerima Kartu Prakerja tak memiliki pekerjaan atau pengangguran saat mereka mendaftar program ini.

Baca juga: [POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 21: Cara Daftar, Jumlah Kuota, dan Cara Lolos Seleksi

Bukan hanya menganggur karena PHK, tetapi juga dari fresh graduates atau lulusan baru yang sedang mencari kerja.

Hal tersebut ia sampaikan ketika memberikan kuliah umum dalam Forum Pembangunan Indonesia Magister Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

"Di sinilah Kartu Prakerja hadir memberi solusi tidak hanya untuk mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja akibat pandemi, tapi menjadi program pengembangan kompetensi para pencari kerja dan juga pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi, termasuk pelaku usaha mikro dan kecil," ujar Denni dalam keterangan tertulis, Jumat (17/9/2021).

Berbicara di depan para mahasiswa program pascasarjana, ia kembali memaparkan salah satu tantangan ketenagakerjaan di Indonesia yakni tidak berkualitasnya sisi suplai pasar tenaga kerja.

Dari 135 juta jumlah angkatan kerja Indonesia saat ini, 90 persen di antaranya belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat.

Baca juga: Jangan Sampai Kepesertaan Dicabut, Begini Cara Beli Pelatihan Kartu Prakerja

Dari 7 juta pengangguran, sebanyak 91 persen di antaranya belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat.

"Sayangnya, baik perusahaan maupun pekerja kita cenderung tak peduli dengan skilling, upskilling, dan reskilling sebagai upaya peningkatan kualitas angkatan kerja," kata Denni.

Dari sisi invididu, mengutip penelitian Bank Dunia, para pekerja menempatkan pelatihan peningkatan skill dalam peringkat paling buncit atau terakhir (10) pada prioritas pengeluaran pribadinya.

"Sebanyak 64 persen tidak mengikuti pelatihan peningkatan skill karena merasa tidak tersedia pelatihan yang sesuai dengan minat dan keterampilannya," papar Denni.

Begitu pula dari sisi manajemen. Perusahaan juga sedikit sekali menganggarkan dana untuk pelatihan bagi pengembangan karyawannya.

Baca juga: Cara Daftar Prakerja Gelombang 21

"Hanya 44 perusahaan yang memberikan pelatihan kepada pekerja karena merasa tidak ada kebutuhan untuk itu," lanjut dia.

Kondisi ini, kata Denni, menunjukkan terjadinya kegagalan pasar dalam menghasilkan tingkat pelatihan kerja yang optimal.

Oleh karen itu, program Kartu Prakerja hadir untuk memberikan beasiswa pelatihan meskipun pada situasi pandemi, ada sifat semi-bansos yang diembannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com