Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Urgensi Kolaborasi Ideal Multisektor dalam Pengelolaan Danau Toba

Kompas.com - 29/10/2021, 10:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jadi diperlukan pendekatan strategis, kooperatif,  kolaboratif,  dan humanis dengan toleransi rentang waktu transisi yang bisa diterima oleh para pihak.

Dengan demikian tidak ada yang merasa tersingkirkan oleh sektor pariwisata yang notabene belum menjadi sektor dominan di Danau Toba. 

Di Danau Toba, sektor peternakan perikanan ikan tilapia yang sering juga disebut chicken of water terbukti sudah berhasil mengisi pundi-pundi pengusaha dan masyarakat setempat selama ini.

Baca juga: Cerita di Balik Nila Tanpa Tulang Kemasan Premium Toba Tilapia

Inisiatif di sektor pariwisata seyogianya mengedepankan pendekatan kolaboratif dengan peternakan ikan tilapia, bukan malah menggeser atau malah menghilangkan.  

Keramba-keramba yang telah direlokasi dan ditata bisa dipadukan dengan sektor pariwisata.  Adaptasi  lokasi keramba dapat menjadi lokasi wisata edukasi peternakan keramba atau lokasi wisata panen ikan tilapia,  lokasi wisata pengolahan ikan tilapia,  atau lokasi wisata kuliner ikan tilapia,  dan lainnya. 

Dengan kata lain,  pemerintah sebaiknya tidak berpikir zero sum game atas sektor peternakan ikan tilapia yang telah direlokasi.

Sangat tidak elok jika pemerintah hanya berpikir tentang bagaimana caranya agar keramba-keramba bisa hilang sesegera mungkin di Danau Toba.

Yang seharusnya dipikirkan adalah bagaimana caranya agar usaha peternakan ikan tilapia bisa berkolaborasi dengan sektor pariwisata.

Pikirkanlah cara atau mengupayakan teknologi baru atau terobosan baru agar sisi pelestarian lingkungannya tetap bisa diupayakan secara pelan-pelan dan terencana.  

Mengapa? Karena sejatinya Danau Toba bisa mendapat dua keuntungan sekaligus dengan mengolaborasikan kedua sektor tersebut.

Danau Toba masih bisa bermimpi sebagai daerah penghasil komoditas ekspor berupa olahan ikan tilapia (fillet frozen) kelas dunia yang mendatangkan devisa di satu sisi (bahkan sangat perlu ditingkatkan), tapi juga tetap bisa menjadi destinasi wisata kelas dunia di sisi lain.  

Secara ekonomi, kolaborasi semacam ini akan jauh lebih produktif dalam meningkatkan kontribusi kedua sektor terhadap pendapata domestik regional bruto (PDRB) daerah, pendapatan domestik bruto (PDB) nasional, dan exposure ekspor nasional.

Jadi jika demikian, mengapa harus saling menyingkirkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com