Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Ungkap Penyebab Pemda Lelet Belanjakan APBD

Kompas.com - 26/11/2021, 20:15 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, leletnya penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) oleh pemerintah daerah (Pemda), kerap dipicu oleh masalah struktural hingga pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Usai Pilkada, belanja daerah kerap melambat lantaran adanya pimpinan baru. Sementara masalah struktural terjadi karena belanja daerah harus melewati beberapa prosedur. Seharusnya, prosedur belanja lebih simpel, utamanya ketika pandemi Covid-19.

"Ada kadang-kadang faktor karena adanya Pilkada, banyak pemerintah yang pimpinannya baru kemudian terjadi keterlambatan. Namun ada yang sifatnya agak struktural, itu tadi kapasitas dan kompetensi yang kita akan terus bantu melalui prosedur disimpelkan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jumat (26/11/2021).

Baca juga: Kala Jokowi dan Sri Mulyani Kompak Kesal Belanja Pemda Selalu Lelet

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, halangan belanja Pemda juga sering terjadi dalam alokasi pembangunan fisik, seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik. Sebab, pembangunan fisik membutuhkan perencanaan dan eksekusi yang memakan waktu relatif lama.

Maka itu, Sri Mulyani akan banyak mendorong belanja yang sifatnya teknis, misalnya untuk pendidikan. Belanja tersebut berupa menggaji guru, mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), maupun menggaji tenaga kesehatan.

"Itu kita akan meyakinkan atau meminta supaya ditransfer tiap bulan, kemudian bisa dibayarkan kepada tadi, masing-masing penerimanya apakah sekolah, Puskesmas, atau kepada guru, atau kepada nakes," beber dia.

Adapun saat ini, belanja Pemda terkontraksi -2,21 persen hingga Oktober 2021. Dari pagu Rp 1.223 triliun, belanja pemda baru mencapai Rp 689,7 triliun.

Belanja ini lebih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai Rp 705,34 triliun. Realisasi belanja tahun ini baru mencapai 56,36 persen dari APBD padahal tahun 2021 tinggal satu bulan lagi.

Baca juga: Anggaran Melimpah, Pemda Justru Makin Lelet Belanja

Sri Mulyani menuturkan, pihaknya akan me-review belanja Pemda hingga akhir tahun.

"Kita akan terus lakukan review terhadap kenapa anggaran daerah itu sangat lambat atau dalam hal ini lambat untuk digunakan," ucap dia.

Lebih lanjut Sri Mulyani menjelaskan, leletnya belanja Pemda membuat dana menganggur di bank kembali pada level yang tinggi mencapai Rp 226 triliun.

Dana mengendap ini lebih tinggi dibanding posisi bulan Mei yang mencapai Rp 172 triliun, dan bulan Juli sebesar Rp 173 triliun. Bila dana ini tidak segera digunakan, maka ekonomi tidak akan bergerak dan pemulihan terhambat. Sebab, sepertiga dana APBN disalurkan ke Pemda dalam bentuk transfer ke daerah dan dana desa (TKDD).

"Jadi kalau alokasinya yang sudah ditransfer ke daerah belum dibelanjakan, ini sebabkan daya dorong APBD dan APBN berkurang. Belanja tujuannya supaya kita memberi dorongan lebih besar bagi ekonomi untuk maju. Namun kalau dana tertahan di bank, uang itu tdk bisa gerakkan ekonomi," pungkas Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Minta Pemda Segera Gunakan Anggaran, tapi Jangan Boros...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BI Upayakan Kurs Rupiah Turun ke Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

BI Upayakan Kurs Rupiah Turun ke Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Pasar Lampu LED Indonesia Dikuasai Produk Impor

Pasar Lampu LED Indonesia Dikuasai Produk Impor

Whats New
Produksi Naik 2,2 Persen, SKK Migas Pastikan Pasokan Gas Bumi Domestik Terpenuhi

Produksi Naik 2,2 Persen, SKK Migas Pastikan Pasokan Gas Bumi Domestik Terpenuhi

Whats New
Hasil Temuan Ombudsman atas Laporan Raibnya Dana Nasabah di BTN

Hasil Temuan Ombudsman atas Laporan Raibnya Dana Nasabah di BTN

Whats New
Penumpang LRT Jabodebek Tembus 10 Juta, Tertinggi pada April 2024

Penumpang LRT Jabodebek Tembus 10 Juta, Tertinggi pada April 2024

Whats New
Harga Emas Terbaru 9 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 9 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub Jakarta, Stafsus: Belum Ada Pembicaraan..

Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub Jakarta, Stafsus: Belum Ada Pembicaraan..

Whats New
Detail Harga Emas Antam Kamis 9 Mei 2024, Turun Rp 2.000

Detail Harga Emas Antam Kamis 9 Mei 2024, Turun Rp 2.000

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 9 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Ikan Tongkol

Harga Bahan Pokok Kamis 9 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Ikan Tongkol

Whats New
Chandra Asri Group Akuisisi Kilang Minyak di Singapura

Chandra Asri Group Akuisisi Kilang Minyak di Singapura

Whats New
BTN Tegaskan Tak Sediakan Deposito dengan Suku Bunga 10 Persen Per Bulan

BTN Tegaskan Tak Sediakan Deposito dengan Suku Bunga 10 Persen Per Bulan

Whats New
[POPULER MONEY] TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta | Pengusaha Ritel Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat

[POPULER MONEY] TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta | Pengusaha Ritel Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat

Whats New
Jadwal Operasional BCA Selama Libur dan Cuti Bersama Kenaikan Isa Almasih

Jadwal Operasional BCA Selama Libur dan Cuti Bersama Kenaikan Isa Almasih

Whats New
Duduk Perkara Gagal Bayar TaniFund sampai Pencabutan Izin Usaha

Duduk Perkara Gagal Bayar TaniFund sampai Pencabutan Izin Usaha

Whats New
Hanwha Life Akuisisi 40 Persen Saham Nobu Bank

Hanwha Life Akuisisi 40 Persen Saham Nobu Bank

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com