Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar 6 BUMN yang Punya Utang Menumpuk, dari AP I hingga Waskita Karya

Kompas.com - 08/12/2021, 09:31 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) ternyata memiliki utang yang menumpuk. Setidaknya, ada enam perusahaan pelat merah yang tercatat terlilit utang puluhan hingga ratusan triliun rupiah.

Berdasarkan catatan Kompas.com, enam BUMN itu yakni PT Angkasa Pura I (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT PLN (Persero), PT Perkebunan Nusantara (Persero), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Penyebab menumpuknya utang di BUMN-BUMN tersebut beragam, mulai dari karena proyek penugasan, dampak pandemi Covid-19, hingga akibat aksi korupsi terselubung oleh manajemen lama.

Baca juga: Setelah Angkat Dirut Baru, Erick Thohir Rombak Jajaran Direksi PLN

Berikut perincian enam BUMN yang memiliki utang menumpuk:

1. PT Angkasa Pura I (Persero)

Kinerja keuangan Angkasa Pura I atau AP I menjadi sorotan paling teranyar. BUMN pengelola bandara ini ternyata memiliki utang jumbo mencapai sekitar Rp 35 triliun.

Tumpukan utang itu utamanya diakibatkan oleh pendapatan perseroan yang tergerus selama pandemi Covid-19. Pada saat bersamaan, AP I telah menggelontorkan banyak uang untuk melakukan ekspansi dengan membangun dan mengembangkan bandara.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, saat ini rata-rata setiap bulannya AP I mengalami kerugian sebesar Rp 200 miliar. Ini membuat utang perseroan berpotensi terus bertambah, dan bisa mencapai Rp 38 triliun.

"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali,” ujar pria yang akrab disapa Tiko itu dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (2/12/2021).

Menurut Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi, pandemi Covid-19 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara kelolaan perseroan. Jumlah penumpang dari semula di 2019 mencapai 81,5 juta, di 2020 menjadi hanya 32,7 juta dan diperkirakan di 2021 hanya mencapai 25 juta penumpang.

Sementara dari sisi pengeluaran atau investasi, AP I telah menggelontorkan kurang lebih sekitar Rp 19,2 triliun untuk pembangunan dan pengembangan bandara nasional. Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) menjadi proyek yang paling banyak menghabiskan anggaran.

Baca juga: AP I Tambah Deretan BUMN dengan Utang Jumbo

Tercatat proyek pembangunan Bandara YIA menghabiskan anggaran sekitar Rp 12 triliun. Di sisi lain, pembangunan sejumlah terminal baru turut menyedot banyak biaya, seperti di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin sebesar Rp 2,3 triliun dan d Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun.

Seluruh proyek tersebut dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain, seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.

Kondisi keuangan perusahaan yang berdarah-darah ini terutama disebabkan oleh sejumlah bandara yang sepi selama masa pandemi. Salah satunya Bandara YIA Kulon Progo.

"Pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity," ujar Faik, Minggu (5/12/2021).

Baca juga: Erick Thohir Angkat Darmawan Prasodjo Jadi Dirut PLN

2. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Kinerja keuangan Garuda Indonesia yang buruk sudah lama menjadi sorotan. Kementerian BUMN mencatat, hingga akhir September 2021, utang maskapai pelat merah ini sudah mencapai 9,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 138,87 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per dollar AS).

Tiko mengatakan, liabilitas atau kewajiban Garuda mayoritas berasal dari utang kepada lessor mencapai 6,35 miliar dollar AS. Selebihnya ada utang ke bank sekitar 967 juta dollar AS, dan utang dalam bentuk obligasi wajib konversi, sukuk, dan KIK EBA sebesar 630 juta dollar AS.

Menurutnya, secara teknis Garuda sudah dalam kondisi bangkrut, namun belum secara legal. Sebab maskapai milik negara ini punya utang yang lebih besar ketimbang asetnya, sehingga mengalami ekuitas negatif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com