Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar 6 BUMN yang Punya Utang Menumpuk, dari AP I hingga Waskita Karya

Kompas.com - 08/12/2021, 09:31 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Jika tidak terbayarkan, bank yang memberi pinjaman bisa bangkrut akibat besarnya utang PTPN.

"Ini bank pemberi pinjaman bukan hanya Himbara, tapi ada banyak asing dan swasta, yang kalau tidak terbayarkan mereka bisa kolaps secara beruntun. Maka itu kami berinisiasi, selain efisiensi tetapi juga meningkatkan produksi," jelas Erick.

5. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

BUMN lain yang tercatat oleh Erick memiliki utang menumpuk adalah Krakatau Steel yakni sebesar 2 miliar dollar AS atau Rp 31 triliun. Menurutnya, ada dugaan tindakan korupsi di perusahaan baja pelat merah itu yang dilakukan manajemen lama sehingga membuat timbunan utang.

Erick mengatakan, indikasi korupsi itu berasal dari proyek di masa lalu yakni pembangunan pabrik baja sistem tanur tinggi atau blast furnace, yang dikerjakan oleh manajemen terdahulu. Proyek itu memakan dana sebesar 850 juta dollar AS atau sekitar Rp 12,16 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per dollar AS).

"Krakatau Steel itu punya utang 2 miliar dollar AS, salah satunya karena investasi 850 juta dollar AS ke proyek blast furnace yang hari ini mangkrak. Ini hal-hal yang tidak bagus dan pasti ada indikasi korupsi," ujar Erick dalam webinar Bangkit Bareng, Selasa (28/9/2021).

Baca juga: Isi Survei, Peserta Kartu Prakerja Bisa Dapat Tambahan Insentif Rp 150.000

Krakatau Steel pun kini telah melakukan restrukturisasi keuangan untuk bisa membayarkan utang yang melibatkan 10 bank nasional, swasta nasional, dan asing tersebut. Hasilnya, perseroan berhasil menurunkan 45 persen beban bunga dari sebelumnya mencapai 847 juta dollar AS menjadi 466 juta dollar AS.

6. PT Waskita Karya (Persero) Tbk

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, Waskita Karya memiliki utang mencapai Rp 90 triliun hingga akhir 2019. Hal itu karena banyaknya proyek jalan tol yang dikerjakan.

"Total ada Rp 90 triliun posisi utang Waskita pada peak 2019 akhir itu Rp 90 triliun. Itu Rp 70 triliun utang ke bank dan obligasi, serta Rp 20 triliun ke vendor," ungkapnya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (27/9//2021).

Pria yang akrab disapa Tiko itu menjelaskan, Waskita Karya memiliki penugasan untuk menyelesaikan sejumlah proyek jalan tol, terutama Jalan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera. Sebagian besar, tol itu merupakan hasil akuisisi dari swasta yang pengerjaannya terkendala.

Baca juga: PT Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Ini Persyaratannya

"Ada sekitar 16 ruas tol yang dikerjakan oleh Waskita. Sebagian besar memang akuisisi dari tol yg dimiliki swasta kemudian tidak ada perkembangan. Sehingga di tahun 2015-2017 cukup agresif mengambil tol-tol yang tidak berjalan optimal," jelas dia.

Pengerjaan proyek-proyek tol tersebut membutuhkan pendanaan yang cukup besar, sehingga membuat keuangan Waskita Karya memburuk karena terus menambah utang. Alhasil, utang perusahaan pelat merah ini meningkat sangat tajam di sepanjang 2017-2019.

Menurut dia, kemampuan Waskita Karya untuk membayar utang dipengaruhi pula kondisi Covid-19. Sebab, pendapatan perusahaan menjadi turun signifikan, baik pendapatan konstruksi maupun pendapatan dari tol yang beroperasi.

Pada 2018 pendapatan Waskita Karya tercatat mencapai Rp 48,8 triliun, kemudian turun menjadi Rp 31,4 triliun di 2019 dan menjadi hanya Rp 16,2 triliun di 2020.

"Karena 2019-2020 ada Covid-19, pendapatan Waskita drop. Ini membuat kondisi keuangan Waskita mengalami pemburukan signifikan," kata Tiko.

Baca juga: Waskita Karya Bayar Utang Obligasi Rp 1,7 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com